Jumat, 08 April 2016

Tokoh Dan Penokohan.



Tokoh Dan Penokohan
A. Teori Tokoh dan Penokohan
            Tokoh dan penokohan merupakan unsur penting dalam karya naratif. Plot boleh saja dipandang sebagai tulang punggung cerita, namun kita pun dapat mempersoalkan: “Siapa yang diceritakan itu?”, “Siapa yang melakukan sesuatu dan dikenai sesuatu, “sesuatu” yang dalam plot disebut peristiwa. “siapa pembuat konflik”, dan lain-lain adalh urusan tokoh dan penokohan. (Nurgiyantoro.2005:164).
B.Definisi Tokoh
                        Menurut Nurgiyantoro (2005:165), istilah tokoh merujuk pada orangnya dan pelaku cerita. Watak, perwatakan, dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca. Lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh.
            Abrams dalam Nurgiyantoro (2005:165), mengungkapkan bahwa tokoh cerita (karakter) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang ditafsirkan oleh pembaca memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang diakukan dalam tindakan.
            Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai cerita dan pada umumnya tokoh berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan.  (Sudjiman, 1991:16)
            Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam
tindakan.
            Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan.
           
1. Tokoh sentral

            Adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu:
a.       Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.
b.      Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.
           
2. Tokoh bawahan

            Adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi
tiga, yaitu
a.       Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan tokoh sentral (protagonist atau antagonis).
b.      Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita.
c.       Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja.

            Berdasarkan cara menampikan perwatakannya, tokoh dalam cerita dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Tokoh datar/sederhana/pipih.
            Yaitu tokoh yang diungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat statis, wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama sekali (misalnya tokoh kartun, dan film animasi).

2. Tokoh bulat/komplek/bundar.
            Yaitu tokoh yang seluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis, banyak mengalami perubahan watak.





C. Definisi Penokohan
            Penokohan dan karakterisasi sering juga disamakan, artinya dengan karakter dan perwatakan menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita                ( Nurgiyantoro,  2005:165 ).
            Jones dalam Nurgiyantoro (2005:165) mengungkapkan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
            Menurut Stanton dalam Nurgiyantoro (2005:165), penggunaan istilah “karakter” sendiri dalam berbagai literatur  bahasa inggris menyaran pada dua pengertian yang berbeda, yaitu sebagai tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan, dan sebagai sikap, ketertarikan, keinginan , emosi, dan prinsip moral yang dimiliki tokoh-tokoh tersebut. Dengan demikian, menurut Nurgiyantoro (2005:165), karakter dapat berartu “pelaku cerita” dan dapat pula berarti “perwatakan”. Antara seorang tokoh dengan perwatakan yang dimilikinya, memang merupakan suatu kepaduan yang utuh. Penyebutan nama tokoh tertentu, tak jarang, langsung mengisyaratkan kepada kita perwatakan yang dimiliknya.
            Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005:166), istilah “penokohan”  lebih luas pengertiannya daripada “tokoh” dan “perwatakan”,  karena “penokohan” sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menyarankan  pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
            Menurut Sudjiman (1991:58), penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Tokoh-tokoh perlu menggambarkan ciri-ciri lahir dan sifat serta sikap batinnya agar kualitas tokoh, nalar, jiwanya dikenal oleh pembacanya
            Secara singkat  dapat disimpulkan bahwa penokohan adalah pelukisan atau gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita yang dapat berupa keadaan lahiriyah atau batiniah. Jadi, penokohan dalam cerita pendek merupakan unsur pembangun yang kehadirannya sangat dibutuhkan untuk menghidupkan tokoh dalam cerita.


Ada beberapa metode penyajian watak dalam penokohan tokoh, yaitu:

1.      Metode analitis/langsung/diskursif. Yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
2.      Metode dramatik/taklangsung/ragaan. Yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
3.      Metode kontekstual. Yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa yang dipakai pengarang.

            Menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu:

1.      Melalui apa yang dibuatnya, tindakan-tindakannya, terutama sebagaimana ia bersikap dalam situasi kritis.
2.      Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus.
3.      Melalui penggambaran fisik tokoh.
4.      Melalui pikiran-pikirannya
5.      Melalui penerangan langsung. Tokoh dan latar memang merupakan dua unsur cerita rekaan yang erat berhubungan dan saling mendukung.

            Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya dari pada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar