Senin, 11 April 2016

Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran IPS SD



MAKALAH
Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran IPS SD


Dosen Pengampu : Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd

Penyusun  : Dani Darmawan                 
NPM          : 14.1.01.10.0020                   
                         
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi PGSD
2016



Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang " Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran IPS SD ", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran IPS SD” dimana seorang guru atau calon guru harus mampu mengguasai pendekatan dan strategi pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal. Dimana dalam tujuan pembelajaran ini supaya tercapai maka perlu membuat program pembelajaran yang baik dan benar. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pembelajaran dan Pemecahan Masalah IPS di SD yaitu Ibu Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Kediri, .......  April 2016

                Penyusun


         (Dani Darmawan)


Daftar Isi
Kata Pengantar ......................................................................................................................II
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang .....................................................................................................04
1.2  Rumusan Masalah ................................................................................................05
1.3  Tujuan Penyusunan Makalah ...............................................................................05
Bab II Pembahasan
            2.1 Pengertian Konsep Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran ................................06
            2.2 Jenis – Jenis Pendekatan Dan Strategi Dalam Pembelajaran IPS SD ..................07
Bab III Penutup
            3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................30
            3.2 Saran .....................................................................................................................31
Daftar Pustaka ......................................................................................................................32








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kondisi pembelajaran IPS dewasa ini khususnya pada jenjang  sekolah dasar, menunjukkan indikasi bahwa pola pembelajaran yang dikembangkan oleh guru cenderung bersifat guru sentris sehingga peserta didik hanya menjadi obyek pembelajaran. Model pembelajaran yang demikian, lebih cendrung berangkat dari asumsi dasar bahwa pembelajaran IPS hanya dimaksudkan untuk mentransfer pengetahuan atau konsep dari kepala guru ke kepala siswa. Akibatnya, mungkin guru telah merasa membelajarkan namun siswa belum belajar.
Mengingat manusia dalam konteks sosialnya sedemikian luas akan sulit kiranya memberikan definisi dari ilmu pengetahuan sosial, karena IPS merupakan suatu perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari penerapan ilmu-ilmu sosial lainnya. Dalam pembelajaran perlu menggunakan suatu pendekatan agar siswa mempunyai daya tarik untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung di dalam kelas. Adapun pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan dengan hakikat bahasa, hakikat pengajaran bahasa serta hakikat apa yang diajarkan. Pendekatan bersifat aksiomatis artinya bahwa kebenaran itu tidak dipersoalkan atau tidak perlu dibuktikan lagi.
Menurut Brown (2009:9) dalam Ambar Setyowati Sri H (2007) memperjelas konsep pembelajaran dengan menambahkan kata kunci yang harus diperhatikan, yaitu pembelajaran menyangkut hal praktis, pembelajaran adalah penyimpanan informasi, pembelajaran adalah penyusunan organisasi, pembelajaran memerlukan keaktifan dan kesadaran, pembelajaran relatif permanen, dan  pembelajaran adalah perubahan tingkah laku.
Selain pendekatan yang harus diberikan kepada siswa dalam pembelajaran yang tak kalah pentingnya adalah strategi pembelajaran. Dapat dikemukakan bahwa dalam mengajar seorang dapat saja memilih lebih dari satu strategi mengajar. Adapun yang dimaksud dengan strategi menurut Robert L. Gilstrap dan William R. Martin adalah “. . . a repertoire of teaching skills and behavior in a word, strategis . . .” yang selanjutnya mengemukakan batasan formal tentang strategi yang dikemukakan oleh Robert L. Ebel ( ed. ), yang menyatakan bahwa batasan formal strategi adalah “Patterns of teacher behavior that are recurrent, applicable to various subject matters, characteristics of more than one teacher, and relevant to learning” (1975:1). Dari batasan – batasan tentang strategi yang dikemukakan itu didalamnya terdapat apa yang disebut taktik atau keterampilan – keterampilan yang bila dibandingkan dengan yang dikenal selama ini sama dengan teknik dalam metode mengajar. Berdasarkan atas batasan di atas maka strategi mengajar dapat dikatakan sebagai keterampilan – keterampilan tertentu yang telah dikuasai guru dan dilakukan secara berulang – ulang sehingga merupakan pola perilaku mengajar yang bertujuan membentuk siswa untuk mencapai tujuan – tujuan pengajaran.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan konsep pendekatan dan stategi pembelajaran ?
2.      Apa saja jenis-jenis pendekatan dan strategi dalam pembelajaran IPS SD ?

1.3  Tujuan Penyusunan Makalah
1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari konsep pendekatan dan strategi pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis pendekatan dan strategi dalam pembelajaran IPS SD.





BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Pendekatan Dan Stategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
            Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Pendekatan pembelajaran merupakan aktifitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran tentu tidak kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana. Artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
Dimana dalam tujuan pembelajaran ini supaya tercapai maka perlu membuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan semacam kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran. Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya kebutuhan untuk belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Oleh karena itu, guru menetapkan hasil-hasil belajar atau tujuan apa yang diharapkan akan dicapai.

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPS adalah interdisipliner atau multidisipliner. Artinya, dalam proses belajar mengajardi kelas IPS, para siswa seyogianya diajak, dibina dan didorong agar dalam mengkaji atau memecahkan masalah atau topik dipandang dari berbagai disiplin ilmu.

Phillip Heath sebagaimana dipaparkan kembali oleh Richard C. Remy (1990) mengemukakan tiga alternatif pendekatan atau strategi untuk mengembangkan ITM dalam pembelajaran IPS, yakni: (1) infusi ITM kedalam mata pelajaran yang ada, (2) perluasan melalui topik kajian dalam mata pelajaran, dan atau (3) penciptaan/pembuatan mata pelajaran yang baru.
Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan suatu cara atau pola yang digunakan oleh guru di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk- bentuk rangkaian perbuatan atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran  (Raka Joni, 1980).
Strategi pembelajan instruksional adalah pendekatan dalam kegiatan belajar mengajar yang digunakan guru dalam menggunakan informasi, memilih sumber-sumber, dan mendefinisikan peranan siswa-siswa (Gerlach dan Ely (1980). Strategi instruksional tersebut mencakup praktik-praktik khusus yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Strategi instruksional tersusun atas metode-metode dan teknik-teknik yang akan memungkinkan pembelajar untuk mencapai tujuan-tujuan belajar.
2.2 Jenis-Jenis Pendekatan Dan Strategi Dalam Pembelajaran IPS SD
Jenis – Jenis Pendekatan Dalam Pembelajaran IPS SD
Istilah pendekatan dalam konteks pembelajaran mengacu kepada teori-teori tentang hakikatnya yang berfungsi sebagai landasan dan prinsip pembelajaran. Berikut ini terdapat beberapa macam pendekatan yang sering kita dengar, diantaranya ialah:
1. Pendekatan Keterampilan Proses
Merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut. (Azhar, 1993: 7). Sedangkan menurut Conny (1990:23) pendekatan keterampilan proses adalah pengembangan sistem belajar yang mengefektifkan siswa (CBSA) dengan cara mengembangkan keterampilan memproses perolehan pengetahuan sehingga peserta didik akan menemukan, mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut dalam tujuan pembelajaran khusus.


Langkah-langkah dalam menggunakan Pendekatan Proses:
1.      Penalaran yang bermula dari umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajukan aturan prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh atau penerapan penerapan aturan prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
2.      Mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses atau langkah-langkah ilmiah seperti melakukan pengamatan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
Kelebihan:
1.      Siswa lebih memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.
2.      Siswa memiliki keterampilan dalam melakukan pengamatan, penafsiran data, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan.
Kelemahan:
Bagi siswa yang pasif, pendekatan ini kurang efektif sebab menuntut keterlibatan langsung siswa dalam kegiatan belajar.
2. Pendekatan CBSA                                                                  
CBSA adalah suatu  pendekatan dalam pembelajaran yang menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan belajar. Pada hakekatnya, keaktifan belajar terjadi dan terdapat pada semua perbuatan belajar, tetapi kadamya yang berbeda tergantung pada kegiatannya, materi yang dipelajari dan tujuan yang hendak dicapai.
3. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan pada kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dalam situasi keseharian.
4. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif atau terpadu adalah rancangan (kebijakan) pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan, atau mengaitkan bahan ajar sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.


5. Pendekatan Konsep Ilmu, Teknologi, Dan Masyarakat Dalam Pemelajaran IPS
Ilmu, Teknologi, dan masyarakat (ITM) merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran IPS untuk mengembangkan kemampuan pada diri siswa dalam menerapkan pengetahuan yang berasal dari konsep-konsep IPS, teknologi dan keterampilan yang berasal dari IPS terhadap resolusi tentang isu-isu yang berkaitan dengan masalah IPS, teknologi dan masyarakat.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa, masalah kemasyarakatan yang muncul sekarang ini tidak dapat diselesaikan pada satu disiplin ilmu tertentu saja, melainkan harus dilakukan melalui penyelasaian masalah secara terpadu atau menyeluruh. Keterbatasan dari disiplin ilmu yang mengkhususkan pada permasalahan tertentu tidak lagi memberikan penyelesaian secara keseluruhan mengingat kompleksitas permasalahan yang muncul di masyarakat tidak dapat dijadikan acuan dalam penyelesaian masalah tertentu sehubungan dengan itu Remy,1990 (dalam Udin. S. Winataputra, dkk, 2007) berpendapat bahwa tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk menjadikan seseorang menjadi warga Negara yang baik semakin sulit dan kompleks akibat kemajuan ilmu dan teknologi.
6. Pendekatan Disiplin Atau Pendekatan Struktur
Pendekatan Disiplin bertitik tolak dari sesuatu disiplin ilmu tertentu. Artinya pola kerangka atau sistematika pendekatan disiplin dimulai dari menyampaikan konsep-konsep dari suatu disiplin, baru kemudian menambahkan konsep-konsep disiplin lainnya. Yang bertujuan untuk mendukung konsep-konsep disiplin tersebut. Misalnya dimulai dari disiplin sejarah atau dari geografi atau dari ekonomi, dan sebagainya. Cara penyampaian dalam pendekatan disiplin adalah dengan mempertautkan konsep-konsep lain yang bersifat menunjang yang dilakukan secara sistematis. Tujuan dari pendekatan disiplin antara lain:
1)     Mendukung tujuan IPS dalam kurikulum.
2)      Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam tentang konsep-konsep ilmu
         social tertentu.
3)      Untuk menelaah lebih lanjut tentang lingkup utama kegiatan manusia.
4)      Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang konsep-konsep tertentu dari suatu
         disiplin dengan disiplin yang lain.
5)      Untuk memberikan bahan yang lebih banyak dan lebih luas kepada IPS.
Dalam proses belajar mengajar yang menggunakan pendekatan disiplin, guru hendaknya lebih banyak memberikan tugas kepada anak untuk mencari sumber-sumber diluar buku teks. Memberikan tugas membaca ataupun studi lapangan dan pada akhir tugas melampirkan karya tulis kelompok maupun perorangan. Namun kekurangan dari pendekatan disiplin ini adalah:
1.      Penyusunan suatu pembelajaran dengan pendekatan ini adalah sangat sulit, karena tidak adanya pedoman yang tegas untuk memilih inti pembahasan dan pendukung pembahasan.
2.      Pandangan tiap-tiap pengajar tentang suatu konsep, kedalaman maupun keleluasannya, sangat tergantung pada latar belakang pendidikannya.
3.      Keterampilan guru untuk mempertautkan konsep-konsep sangatlah terbatas dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (waktu, kesempatan, referensi,dll).

7.  Pendekatan Antar Struktur Atau Interdisiplin
Pendekatan antar struktur merupakan pendekatan yang membahas suatu konsep secara berturut melalui beberapa disiplin dan kemudian dipersatukan. Dengan pendekatan ini suatu konsep ilmu sosial atau suatu topik diorganisasikan bersama konsep dari berbagai ilmu sosial terpadu. Contohnya : Menunjukkan pada peta pesebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. Maka, dapat meyoroti dari sudut pandang: geografi, khususnya peta persebaran daerah asal suku bangsa di Indonesia. Kemudian materi sikap menghormati keanekaragaman suku bangsa. Kemudian bisa membahas berbagai jenis kebudayaan di Indonesia. Kesemuanya itu terpadu menjadi suatu bahan pelajaran yang utuh dan tidak merupakan cerita bersambung. Sumbangan konsep dari berbagai ilmu diolah, diramu, dan dipadukan baik dari segi urutan atau tingkat kesulitan maupun kepentingannya.
Kesulitan penggunaan pendekatan ini dalam pelaksanaan pengajaran IPS dapat dimaklumi mengingat masih jarang ditemukan guru IPS yang generalis. Tetapi hal ini dapat diatasi melalui team teaching pada saat memprogram atau waktu melaksanakannya. Pendekatan antar struktur dapat dibedakan menjadi dua jenis pendekatan, yaitu:
1.      Pendekatan Multidisiplin, pendekatan multidisplin mengarah pada pengambilan konsep-konsep dari berbagai disiplin. Generalisasi dan proses dari berbagai disiplin ilmu sosial untuk membantu para siswa memahami topik yang mereka pelajari. Artinya semua aspek dari suatu topik ditelaah sehingga pengertian siswa itu menjadi luas dan dalam, dan dengan demikian tujuan sajian akan tercapai secara mantap.
2.      Pendekatan Interdisiplin, pendekatan interdisiplin juga menggunakan atau mengambil konsep-konsep yang digunakan dalam berbagai ilmu sosial.
Perbedaannya ialah bahwa model pengajaran dengan pendekatan interdisiplin mendasarkan strukturnya pada penggunaan ‘konsep inti’ sedangkan pada model pendekatan multidisplin menggunakan ‘konsep dasar’ dari berbagai disiplin.
Dasar pemikiran yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan interdisiplin ialah adanya banyaknya konsep dasar yang harus dibatasi jumlahnya agar dapat dikembangkan dalam pengajaran. Kesukarannya terletak pada pemilihan konsep dasar yang paling efektif untuk digunakan.

8. Pendekatan Kemasyarakatan
Pendekatan Kemasyarakatan dimaksudkan seperti pendekatan yang kita gunakan didalam mempelajari IPS dengan mengambil masyarakat sebagai fokus pembahasan. Artinya semua komponen program diambil dari dan ditujukan pada masyarakat sekitar. Tujuan dari penekatan kemasyarakatan antara lain:
a.      Pergaulan siswa di dalam masyarakat lebih luas, meliputi kecakapan bergaul, sikap ramah tamah, tenggang rasa, suka menolong, penyesuaian diri dalam berbagai situasi dan bisa mempengaruhi masyarakat sekitarnya.
b.      Dapat memperluas pengetahuan dan pengertian yang didapat disekolah dengan macam-macam kenyataan (fakta) yang didapat di dalam masyarakat (konsep-konsep) sehingga mempunyai scope yang lebih luas dan lebih mendalam.
c.       Mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan harapan masyarakat akan hasil pendidikan di sekolah yang dapat digunakan untuk membangun, membina, dan mengembangkan masyarakat.
d.      Dapat berpartisipasi langsung dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan yang juga diharapkan oleh masyarakat.
e.      Mengetahui lebih banyak tentang perubahan dan perkembangan yang lebih cepat daripada yang diduga diketahui disekolah sehingga pengetahuannya selalu aktual.

9. Pendekatan Lingkungan
Lingkungan masyarakat lebih banyak membicarakan lingkungan fisik dan lingkungan budaya atau sering disebut dengan lingkungan geografis.
a)  IPS dengan lingkungan Fisik di dalam pengetahuan tentang lingkungan, unsur fisik memegang peranan penting. Hal ini dimuat dalam tujuan pengajaran IPS. Tujuan tersebut antara lain:
·         Anak harus memahami keadaan lingkungan fisiknya (keadaan alam, kekayaan alam, iklim, fauna, serta ekosistem dan lingkungannya).
·         Anak harus menyadari bagaimana campur tangan manusia didalam mengelola sumber-sumber alam.
·          Anak harus memahami dan menyadari tentang perlunya perhitungan, pengawasan dan pengawetan alam sekitar demi kelestarian lingkungan.
b)      IPS dan Lingkungan Budaya, tujuan pengajaran IPS dan Lingkungan Budaya adalah:
·         Mengajarkan kebudayaan-kebudayaan manusia di dunia dari hal perbedaan, persamaan hakekat budaya yang ada padanya, perkembangan serta perubahan-perubahannya.
·         Anak harus memahami nilai-nilai budaya nasioanal, regional maupun lokal, menghargai dan memelihara sebagai harga pusaka peninggalan nenek moyang.
·         Menanamkan rasa tanggung jawab dan kesadaran untuk memelihara dan melestarikan warisan budaya tersebut.
·         Anak harus mengetahui akibat-akibat buruk yang dapat ditimbulkan oleh penetrasi kebudayaan asing yang masuk ke dalam lingkungan kebudayaan.

10.  Pendekatan Pembelajaran Tradisional
 Pendekatan Pembelajaran Tradisional, pendekatan pembelajaran tradisional mengutamakan penyajian fakta dan nama, melalui hafalan dan ingatan. Anak dianggap sebagai suatu bejana kosong yang harus diisi oleh guru sampai penuh. Sehingga dalam pendekatan pembelajaran anak bersifat pasif. Sedangkan guru bertindak aktif dengan metode ceramah.
Kekurangan dari pendekatan pembelajaran tradisional antara lain kurang memberikan kesempatan untuk bertanya atau berdiskusi memecahkan masalah sehingga daya serap siswa kurang tajam, kadang-kadang pernyataan atau penjelasan lisan sukar ditangkap. Apalagi jika menggunakan kata-kata asing, kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapannya untuk mengeluarkan pendapat, kurang cocok untuk anak yang tingkat abstraksinya masih kurang, dan dapat menimbulkan kebosanan siswa.
Pendekatan ini dapat digunakan apabila terdapat hal-hal berikut ini bahan yang ingin disampaikan sangat banyak dan para siswa dapat memahami informasi melalui kata-kata.

11. Pendekatan Pembelajaran Inkuiri
Pendekatan Pembelajaran Inkuiri, pendekatan pembelajaran inkuiri bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai engan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat memandang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar.
Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Berikutnya guru menyediakan sumber belajar bagi siswa untuk pemecahan masalah.
Pendekatan inkuiri dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Pendekatan inkuiri dapat dilaksanakan apabila sudah memenuhi syarat-syarat seperti guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas dan sesuai dengan daya nalar siswa, guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan, adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup, dan partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar.

12. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Bagi disiplin ilmu sosial, pendekatan ini sangat cocok karena fenomena sosial senantiasa mengalami perubahan sehingga apa yang siswa pelajari betul-betul selalu up to date dan relevan dengan apa yang ia alami sehari-hari.
Definisi yang mendasar tentang pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam CTL diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.
Ilmu pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya, pendekatan ini menjadi pendekatan yang sangat cocok dan menjadi keniscayaan dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Terdapat beberapa alasan mengapa pembelajaran kontekstual dikembangkan dewasa ini:
1.      Penerapan kontek budaya dalam pengembangan silabus, penyusunan buku pedoman guru, dan buku teks akan mendorong sebagian siswa untuk tetap tertarik dan terlibat dalam kegiatan pendidikan.
2.      Penerapan konteks sosial dalam pembangunan silabus, penyusunan buku pedoman, dan buku teks yang dapat meningkatkan kekuatan masyarakat memungkinkan banyak anggota masyarakat untuk mendiskusikan berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat.
3.      Penerapan konteks personal yang dapat meningkatkan keterampilan komunikasi, akan membantu lebih banyak siswa untuk secara penuh terlibat dalam kegiatan pendidikan dan masyarakat.
4.      Penerapan konteks ekonomi akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan sosial politik serta dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.
5.      Penerapan konteks politik dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang berbagai isu yang dapat berpengaruh terhadap masyarakat.
6.      Kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada.
IPS merupakan ilmu yang berangkat dari fenomena keseharian, dan tidak bisa dilepaskan dari dinamika perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah, dinamika dan perubahan tersebut memiliki kekhasan sesuai dengan lingkungan masyarakat berada. Oleh karenanya, pembelajaran IPS bagi anak menjadi keniscayaan untuk selalu dihubungkan dengan konteksnya, sehingga apa yang diperoleh anak tidak hanya berada dalam wilayah kognisi, melainkan sampai kepada tataran dunia nyata yang ia jalani sehari-hari. Apa yang ia dapatkan di sekolah merupakan apa yang ia jalani dan butuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak demikian, maka apa yang diperolehnya di sekolah hanya akan menjadi barang kadaluarsa yang tidak bernilai guna.
13. Pendekatan Kompetensi
Kompetensi menunjukkan kepada kemampuan melakukan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi merujuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang dapat diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap serta tahapa-tahap pelaksanaannya secara utuh.
Terdapat dua landasan teoretis yang mendasari pendidikan berdasarkan pendekatan kompetensi.
a.       Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual. Melalui pembelajaran individual peserta didik diharapkan dapat belajar sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Setiap peserta didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan kemampuan masing-masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana maupun waktu, karena dimungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda pula.
b.      Pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penugasan (learning for mastery) adalah suatu filsafat tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan sistem pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil baik dari seluruh bahan yang diberikan.
Menurut Mulyasa (2007:97), implikasi pendekatan kompetensi dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.        Pembelajaran perlu lebih menekankan pada pembelajaran individual, meskipun dilaksanakan secara klasikal, dalam pembelajaran perlu diperhatikan perbedaan peserta didik.
b.       Perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif, dengan metode dan media bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar tenang dan menyenangkan.
c.        Dalam pembelajaran pelu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di sekolah tidak mencukupi, berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di luar kelas.
Adapun menurut Ashan dalam Mulyasa (2007:97) bahwa terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pembelajaran dengan pendekatan kompetensi, yaitu menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, mengembangkan strategi untuk mencapai kompetensi, dan evaluasi.
14. Pendekatan Heuristik
Kata heuristik berasal dari bahasa yunani yaitu “heuristik”yang berarti saya menemukan. Menurut Rusyan (1993-114). Heuristik semacam fakta psikologis yang muncul sebagai kodrat manusia yang memiliki nafsu untuk menyelidiki sejak bayi. Metode Heuristik ini dipopulerkan oleh profesor Amstrong pada abad ke 19 . menurut metode ini peserta didik sendiri yang harus menemukan fakta ilmu pengetahuan.
Langkah-langkah dalam menggunakan Pendekatan Heuristik:
1.      Siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri fakta dan konsep tentang fenomena ilmiah.
2.      Siswa akan melakukan kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan hal yang ditemukan.
Kelebihan:
1.      Siswa merasakan pembelajaran itu bermakna.
2.      Siswa merespon hal-hal baru.
3.      Siswa bersemangat untuk melakukan eksperimen dn berbagai penelitian.

Kelemahan:
1.      Siswa yang kurang aktif akan sulit untuk mengikuti pembelajaran.
2.      Siswa akan merasa kebenaran tentang sesuatu yang baru ditemukannya belum pasti.
3.      Siswa bersifat individual, karena siswa cenderung melakukan segala sesuatunya sendiri.

15. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
 Pembelajaran kooperatif, merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok secara kolaboratif yang anggota terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen (Slavin: 1995).
Langkah-langkah dalam menggunakan Pendekatan Kooperatif :
1.      Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
2.      Guru hanya memberikan materi kepada siswa, sehingga siswa dapat mendiskusikan materi tersebut bersama kelompoknya.
Kelebihan :
1.      Belajar kooperatif menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar bersama, saling membantu).
2.      Kerja kelompok membuat siswa semangat untuk belajar aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan di antara teman-teman sebaya.
3.      Siswa lebih cepat memahami materi, karena siswa terlibat langsung dalam materi.
Kelemahan :
1.      Siswa yang tidak aktif merasa terkucilkan saat belajar bersama kelompok.



16. Pendekatan Interaktif
            Dikenal juga sebagai pendekatan pertanyaan anak, memberi kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan untuk kemudian melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
Langkah-langkah dalam menggunakan pendekatan interaktif:
1.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan pertanyaan.
2.      Guru perlu mengumpulkan, memilih, dan mengubah pertanyaan tersebut menjadi suatu kegiatan yang spesifik.
3.      Melakukan penyelidikan yang berkaitan dengan pertanyaan yang mereka ajukan.
Kelebihan:
1.      Siswa ikut berpatisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2.      Menumbuhkan kepercayaan diri siswa untuk mengajukan pertanyaan.
Kelemahan:
1.      Tidak semua pertanyaan siswa yang digunakan untuk penyelidikan.

17. Pendekatan Pemecahan Masalah
            Pendekatan pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan. Dalam pendekatan pemecahan masalah ini ada dua versi. Versi yang pertama siswa dapat saja menerima saran tentang prosedur yang digunakan, cara mengumpulkan data, menyusun data, dan menyusun serangkaian pertanyaan yang mengarah ke pemecahan masalah. Dalam versi kedua, hanya masalah yang dimunculkan, siswa yang merancang pemecahannya sendiri. Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi pentunjuk.
Langkah-langkah dalam menggunakan pendekatan pemecahan masalah:
1.      Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat memecahkan permasalahan melalui praktikum atau pengamatan.
Kelebihan:
1.      Siswa dituntut untuk dapat merancang pemecahan masalah sendiri.
2.       
Kelemahan:
1.      Guru berperan hanya dalam menyediakan bahan dan membantu memberi petunjuk.

18. Pendekatan Induktif
Pendekatan ini pertama dikemukakan oleh filosof Inggris Prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan di dasarkan dari fakta yang konkrit sebanyak mungkin.
Menurut purwanto dalam Segala (2006:77) tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Langkah-langkah menggunakan Pendekatan Induktif:
1.      Guru mengajak siswa agar dapat menarik kesimpulan bedasarkan fakta konkrit yang berkaitan dengan materi yang telah diajarkan.
Kelebihan:
Siswa dapat menarik kesimpulan bedasarkan fakta konkrit sebanyak mungkin.
Kelemahan:
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang diambil secara induktif bergantung pada representatif atau sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
19. Pendekatan Pembelajaran Manajemen Kelas
            Menurut Parkay dalam Oemar Hamalik (2006) pendekatan manajemen kelas dapat diartikan sebagai upaya untuk mengatur situasi kelas untuk menjamin terciptanya iklim yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran bagi seluruh siswa.
Langkah-langkah menggunakan pendekatan manajemen kelas:
1.      Guru mengontrol situasi belajar siswa.
2.      Mengarahkan kegiatan belajar bagi siswa.
3.      Menjembatani perbedaan perbedaan belajar siswa.
Kelebihan:
Terciptanya iklim yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran bagi seluruh siswa.
Kelemahan:
Siswa tidak bisa belajar mandiri sebab telah terbiasa dikontrol dan diarahkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
20. Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Perbedaan Individual
            Pembelajaran di mana komponen-komponen dalam sistem pembelajaran disesuaikan dengan perbedaan individual, baik perbedaan individual secara vertikal maupun perbedaan individual secara horisontal, siswa bebas belajar sesuai dengan karakteristiknya, bakat, dan minatnya.
Langkah-langkah menggunakan Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Perbedaan Individual:
1.      Menyesuaikan sistem pembelajaran dengan perbedaan individual siswa.
Kelebihan:
 Siswa bebas belajar sesuai dengan karakteristik, bakat, dan minatnya.

Kelemahan:
Guru kesulitan dalam menyesuaikan sistem pembelajaran dengan perbedaan individual sebab siswa memiliki karakter yang bervariasi.
21. Pendekatan Konstruktivis
            Teori belajar konstruktivis beranjak dari psikologi perkembangan intelektual Piaget yang memandang belajar sebagai proses pengaturan sendiri (self regulation)yang dilakukan seseorang dalam mengatasi konflik kognitif. Konflik kognitif timbul pada saat terjadi ketidak selarasan (disequilibrasi) antara informasi yang di terima siswa karena struktur kognitif yang telah dimilikinya. Adapun pengaturan sendiri adalah proses internal unuk mencapai ekquilibrasi atau keselarasan yang dilakukan melaui dwi fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
Langkah-langkah menggunakan Pendekatan konstruktivis:
1.      Guru mengajak siswa agar dapat membina konsep sendiri atas materi yang telah diajarkan.
2.      Menghubung kaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan yang ada pada siswa.
Kelebihan:
Pembelajaran menjadi bermakna sebab siswa dapat membina konsep sendiri atas materi yang telah diajarkan.
Kelemahan:
kesulitan dalam membina konsep sendiri, jika siswa kurang paham terhadap materi yang telah diajarkan.
22. Pendekatan Pembelajaran Jarak Jauh
  Menurut Jollife et. al.(2001: 32), secara tradisional pembelajaran jarak jauh adalah merupakan pembelajaran di mana secara geografis siswa (pembelajar) berada jauh dari fasilitator (guru) dan bekerja atau belajar secara mandiri melalui serangkaian bahan-bahan pembelajaran.Dukungan yang diberikan kepada siswa adalah dalam bentuk bantuan atau tutorial ketika mereka menemukan kesulitan dalam pembelajaran. Namun dewasa ini, konsep pembelajaran jarak jauh telah berkembang luas.
Langkah-langkah menggunakan Pendekatan Pembelajaran Jarak Jauh:
1.      Guru memberikan bahan-bahan pembelajaran pada siswa secara tidak langsung, misalnya melalui email.
2.      Dukungan yang diberikan kepada siswa adalah dalam bentuk bantuan atau tutorial ketika mereka menemukan kesulitan dalam pembelajaran.
Kelebihan:
Pemakaian waktu lebih efisien, karena siswa dapat mengerjakan tugas dimanapun ia berada.
Kelemahan:                                                                                
Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.




Jenis – Jenis Strategi Dalam Pembelajaran IPS SD
Prinsip - Prinsip Pemilihan Strategi Pembelajaran IPS SD
Prinsip-prinsip ini merupakan suatu landasan dalam memilih strategi seperti apa yang akan kita gunakan dalam proses belajar mengajar. Karena dalam menentukan sebuah strategi pembelajaran IPS SD kelas awal ini harus memperhatikan apa-apa saja yang berhubungan dengan siswa.
1.      Bermakna (meaningful).
2.      Integratif (integrative).
3.      Berbasis nilai (value based).
4.      Menantang (challenging).
5.      Aktif (Active).
6.      Pengembangan berbagai potensi dasar siswa SD.
a.       Dorongan ingin tahu (sense of curiosity).
b.      Minat-perhatian (sense of ineterst).
c.       Dorongan membuktikan kenyataan (sense of reality).
d.      Dorongan menemukan sendiri (sense of discovery).
e.       Dorongan bertualang (sense of adventure).
f.       Dorongan menghadapi tantangan (sense of challen).
7.      Keberagaman latar belakang lingkungan social siswa.
8.      Kesinambungan dan tahapan perkembangan sosial siswa. 

Jenis – Jenis Strategi Dalam Pembelajaran IPS SD
a. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Strategi pembelajaran langsung dirancang untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu dan merangsang mereka berpikir. Siswa tidak bisa berbuat apa – apa jika pikiran mereka tidak dikembangkan guru. Banyak guru membuat kesalahan mengajar, yakni sebelum siswa merasa terlibat dan siap secara mental guru langsung memberikan materi pelajaran. Penggunaan beberapa strategi berikut ini akan mengoreksi jecenderungan ini.
Menurut Silbernam ( dalam Suryanti dkk, 2008: 35 ), strategi pembelajaran langsung melalui berbagai pengetahuan secara aktif merupakan cara mengenalkan siswa kepada materi pelajaran yang akan diajarkan. Guru dapat menggunakannya untuk menilai tingkat pengetahuan siswa sambil melakukan kegiatan pembentukan tim. Cara ini cocok pada segala ukuran kelas dengan materi pelajaran apa pun.

Strategi Pembelajaran Langsung Memiliki Ciri – Ciri Seperti Berikut :
1.      Tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur penilaian hasil belajar.
2.      Fase atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran.
3.      Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
Fase – Fase Pengajaran Langsung :
            Setiap model pengajaran memiliki fase – fase pengajaran yang berbeda satu model dengan model lain. Model pengajaran langsung memiliki lima fasepenting.
1.      Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
a.       Menjelaskan tujuan.
b.      Menyiapkan siswa.
2.      mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
a.       Menyampaikan informasi dengan jelas.
b.      Melakukan Demonstrasi.
c.       Menyediakan latihan terbimbing.
d.      Menganalisis pemahaman dan memberikan umpan balik.
e.       Memberikan kesempatan latihan mandiri.

b. Strategi Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative Learning adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses kerja sama dalam suatu kelompok yang biasa terdiri atas 3 sampai 5 orang siswa untuk mempelajari suatu materi akademik yang spesifik sampai tuntas. Strategi pembelajaran  Cooperative Learning  mulai populer akhir-akhir ini. Melalui Cooperative Learning   siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerja sama di sini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu. Yang cepat harus membantu yang lambat karena penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan  kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok, dan sebaliknya keberhasilan individu adalah keberhasilan kelompok.Oleh karena itu, setiap anggota harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya. Beberapa penulis seperti Slavin, Johnson, & Johnson, mengatakan ada komponen yang sangat penting dalam strategi pembelajaran cooperative  yaitu kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan kooperatif dalam memberikan dorongan atau motivasi.  Slavin, Abrani, dan Chambers (1996) berpendapat bahwa belajar melalui kooperatif dapat dijelaskan dari beberapa perspektif, yaitu perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif dan perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi, artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Dengan demikian keberhasilan setiap indivindu pada dasarnya adalah keberhasilan kelompok. Hal semacam ini akan mendorong setiap anggota kelompok untuk memperjuangkan keberhasilan kelompoknya.  Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, di mana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan
Perspektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya.

c. Strategi Pembelajaran Problem Solving
Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran.Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu persoalan, misalkan memecahkan soal-soal matematika.Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah adalah teknik untuk membantu siswa agar memahami dan menguasai materi pembelajaran dengan menggunakan strategi pemecahan masalah.Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu. Mengajar memecahkan masalah berarti pemecahan masalah itu sebagai isi atau content  dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah adalah sebagai suatu strategi. Jadi, kedudukan pemecahan masalah hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pembelajaran. 
Ada beberapa ciri strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah:
1.      Pertama, siswa bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil.
2.      Kedua, pembelajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mendukung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahanya.
3.      Ketiga, siswa mnggunakan banyak pendekatan dalam belajar
4.      Kempat, hasil dari pemecahan maslah adalah tukar pendapat (sharing) di antara semua siswa.

d. Strategi Mengulang
Strategi mengulang sederhana digunakan untuk sekedar membaca ulang materi tertentu untuk menghafal saja. Contoh lain dari strategi sederhana adalah menghafal nomor telepon, arah tempat, waktu tertentu, daftar belanjaan, dan sebagainya. Memori yang sudah ada di pikiran dimunculkan kembali untuk kepentingan jangka pendek, seketika, dan sederhana.   Penyerapan bahan belajar yang lebih kompleks memerlukan strategi mengulang kompleks.Menggarisbawahi ide-ide kunci, membuat catatan pinggir, dan menuliskan kembali inti informasi yang telah diterima merupakan bagian dari mengulang kompleks. Strategi tersebut tentunya perlu diajarkan ke siswa agar terbiasa dengan cara demikian.

e.  Strategi Elaborasi
Strategi elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna. Dengan strategi elaborasi, pengkodean lebih mudah dilakukan dan lebih memberikan kepastian.Strategi elaborasi membantu pemindahan informasi baru dari memori di otak yang bersifat jangka pendek ke jangka panjang dengan menciptakan hubungan dan gabungan antara informasi baru dengan yang pernah ada.  Beberapa bentuk strategi elaborasi adalah pembuatan catatan, analogi, dan PQ4R. Pembuatan catatan adalah strategi belajar yang menggabungkan antara informasi yang dipunyai sebelumnya dengan informasi baru yang didapat melalui proses mencatat. Dengan mencatat, siswa dapat menuangkan ide baru dari percampuran dua informasi itu.  Analogi merupakan cara belajar dengan pembandingan yang dibuat untuk menunjukkan persamaan antara ciri pokok benda atau ide, misalnya otak kiri mirip dengan komputer yang menerima dan menyimpan informasi.  P4QR merupakan strategi yang digunakan untuk membantu siswa mengingat apa yang mereka baca. P4QR singkatan dar Preview (membaca selintas dengan cepat), Question (bertanya), dan 4R singkatan dari read, reflect, recite, dan review atau membaca, merefleksi, menanyakan pada diri sendiri, dan mengulang secara menyeluruh. Strategi PQ4R merupakan strategi belajar elaborasi yang terbukti efektif dalam membantu siswa menghafal informasi bacaan.  

f. Strategi Organisasi
Strategi organisasi membantu pelaku belajar meningkatkan kebermaknaan bahan-bahan baru dengan struktur pengorganisasian baru.Strategi organisasi terdiri atas pengelompokan ulang ide-ide atau istilah menjadi subset yang lebih kecil.Strategi tersebut juga berperan sebagai pengindentifikasian ide-ide atau fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar.Bentuk strategi organisasi adalah Outlining, yakni membuat garis besar.Siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama.  Mapping, yang lebih dikenal dengan pemetaan konsep, dalam beberapa hal lebih efektif daripada outlining. Mnemonics membentuk kategori khusus dan secara teknis dapat diklasifikasikan sebagai satu strategi, elaborasi atau organisasi.Mnemonics membantu dengan membentuk asosiasi yang secara alamiah tidak ada yang membantu mengorganisasikan informasi menjadi memori kerja.Strategi Mnemonics terdiri atas pemotongan, akronim, dan kata berkait.

g. Strategi Pembelajaran Kemampuan Berpikir
Penanaman konsep merupakan penunjang kemampuan berpikir siswa,Konsep merupakan keadaan  lingkungan ( abstraksi ) dari kesamaan dari jumlah benda atau fenomena. Contoh konsep yakni tanah, sungai, gunung, uang, cuaca dan lain-lain. Pengajaran konsep mengembangkan kemampuan kognitif dari yang terendah sampai tingkat tinggi
Pengajaran konsep dapat dilakukan melalui dua pendekatan:
a.       Pendekatan induktif dilakukan dengan mengkaji fenomena- fenomena sosial untuk mendapatkan informasi yang selanjutnya dikembangkan menjadi fakta.Fakta-fakta tersebut dirangkai sehingga menunjukkan adanya suatu kategori atau kesamaan tertentu.
b.      Pendekatan deduktif pengajaran dimulai dengan pemberian konsep dan diteruskan untuk menemukan fakta-fakta yang menjadi bagian konsep.
Pembelajaran kemampuan berpikir termasuk juga didalamnya yaitu suatu kajian terhadap peristiwa, kejadian, fenomena atau situasi ( studu kasus) tertentu yang terjadi di tempat tertentu dan berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan manusia di masa lalu, masa kini atau masa yang akan datang (S. Hamid Hasan, 1996:192). Sebuah peristiwa dapat dikatakan sebuah kasus atau kejadian karena peristiwa itu unik serta terbatas pada waktu dan tempat terjadinya peristiwa tersebut dan tidak terulang di tempat yang lain. Contohnya, peristiwa kelahiran.
Isu Kontroversial merupakan pembelajaran kemampuan berpikir bagi siswa, yang mana Muessig (S. Hamid Hassan, 1996:202) menyatakan bahwa isu kontroversial adalah sesuatu yang mudah diterima oleh seseorang atau kelompok tetapi juga mudah ditolak oleh orang atau kelompok lain. Isu kontroversial lahir dari perbedaan pendapat dan isu kontroversial pun mengakibatkan perbedaan pendapat. Perbedaan pendapat muncul dari perbedaan  pandangan seseorang terhadap sebuah fakta.
h. Strategi Pembelajaran Kemampuan Proses
1. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Dalam pengajaran IPS SD kelas di persekolahan guru dapat mendorong siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan menggunakan metode pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Dengan cara pendekatan akan  terjalin sebuah komunikasi yang baik antara guru dengan siswa sehingga antara guru dan siswa tidak ada pembatas. Yang mana jika tidak ada pembatas antara guru dan siswa akan dengan mudah untuk mencari atau mengetahui jalan keluar dari suatu permasalahan.
2. Inkuiri
Inkuiri ialah siswa mampu menemukan jawaban sendiri dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul.Pengajaran inkuiri merupakan bentuk pengajaran yang mengenalkan konsep-konsep secara induktif.Perbedaaan yang mendasar antara pengajaran inkuiri dengan pemecahan masalah yakni pengajaran inkuiri lebih menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas pada disiplin ilmu bukan pada masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
        3. Portofolio                                                   
           Kumpulan pekerjaan peserta didik dengan maksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan.  Portofolio biasanya merupakan karya terpilih dari seorang siswa.Tetapi dapat juga berupa karya terpilih dari satu kelas secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif.

i. Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif pembelajaran yang menghendaki siswa belajar secara bersama-sama, saling membatu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya.
j. Strategi Pembelajaran Nilai
1. Bermain Peran
Suatu proses belajar di mana siswa melakukan sesuatu yang dilakukan orang lain (S.Hamid Hasan, 1996: 265). Dalam proses belajar bermain peran siswa diajak untuk berpikir, berperan, dan bertindak bukan sebagai dirinya tetapi sebagai orang lain.
2. Sosio Drama
Ada perbedaan antara sosio drama dengan bermain peran yakni bermain peran lebih luas ruang lingkupnya sedangkan drama sosial membatasi pada permasalahan yang menyangkut aspek sosial dalam masyarakat.Perbedaan yang kedua yakni dalam penentuan peran.Dalam sosio drama sebuah peran dapat ditentukan secara langsung setelah sebuah permasalahan sosial dibahas oleh guru di dalam kelas.Peran yang dimainkan oleh siswa tidak memerlukan persiapan khusus seperti dalam bermain peran. Dalam sosio drama reaksi spontan siswa dalam memainkan peran lebih diutamakan sehingga apa yang dikemukakan siswa sebagai pemegang peran akan berbeda dengan yang aslinya.
Klarifikasi Nilai (Value Clarification Technique):
a.       VCT Analisis Nilai.
b.      VCT Daftar Nilai.

k. Strategi Pembelajaran Peta Dan Globe
Pembelajaran ketrampilan peta dan globe merupakan salah satu metode dalam pembelajaran geografi.Namun, pembelajaran ini tidak hanya menunjang pembelajaran geografi saja, pembelajaran sejarah, pendidikan kewarganegaraan, sosiologi bahkan Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran ini siswa diharapkan mampu membaca dan menunjukkan tempat serta analisa dalam peta dan grafik. Kita ketahui peta tidak hanya menunjukkan lokasi satu daerah namun, dalam peta memiliki segudang informasi mengenai penduduk, tempat wisata, pertambangan dan lain-lain.
l. Pembelajaran Aksi Sosial
Newmann (1975:8) model pembelajaran aksi sosial merupakan pola dan aktivitas belajar siswa baik di dalam atau dengan kelompok yang dilakukan dengan keterlibatan masyarakat sebagai aktivitas di mana siswa mendemonstrasikan kepeduliannya terhadap masalah-masalah sosial. Misalnya menyelenggarakan studi, partisipasi kerja secara sukarela, aktif mengadakan pendampingan di dalam atau di luar sekolah, dan aktivitas nyata siswa untuk mempengaruhi kebijakan public di masyarakat yang dilakukan di luar sekolah.
Nasution (1997:179): model pembelajaran aksi social sebagai suatu teknik mengajar guna membantu anak didik mengembangkan kompetensi social atau kewarganegaraan, sehingga dapat melibatkan diri secara aktif dalam perbaikan masyarakat.




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran atau intruction merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan tujuan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, pembelajaran juga mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.
Sementara macam-macam pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam IPS, yaitu : Pendekatan Keterampilan proses, pendekatan CBSA, pendekatan komunikatif, pendekatan integratif, pendekatan konsep ilmu, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran IPS, pendekatan disiplin atau pendekatan struktur, pendekatan antar struktur atau interdisiplin, pendekatan kemasyarakatan, pendekatan lingkungan, pendekatan pembelajaran tradisional, pendekatan pembelajaran inkuiri, pendekatan kontekstual, pendekatan kompetensi, pendekatan heuristik, pendekatan pembelajaran kooperatif, pendekatan interaktif, pendekatan pemecahan masalah, pendekatan induktif, pendekatan pembelajaran manegamen kelas, pendekatan pembelajaran berdasarkan perbedaan individual, pendekatan kontruktivis, pendekatan pembelajaran jarak jauh.
Strategi pembelajaran merupakan suatu cara atau pola yang digunakan oleh guru di dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar. Dalam pola tersebut tentu terkandung bentuk- bentuk rangkaian perbuatan atau kegiatan guru dan siswa yang mengarah pada tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran.






3.2 Saran
            Bagi seorang guru atau calon guru sangatlah penting mengerti dan memahami tentang pendekatan dan strategi pembelajaran. Dimana sebelum memberikan sebuah materi atau pembelajaran diharapkan seorang guru mampu dan mengerti tentang pemilihan pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dan mendukung terhadap tercapainya tujuan pembelajaran yang ada.
            Suatu tujuan pembelajaran akan berhasil mana kala seorang guru mampu memilih dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran. Seorang guru haruslah mampu mengetahui dan memahami semua karakteristik siswanya karena itu salah satu cara guru untuk mampu memilih srategi yang tepat dalam proses pembelajaran.
Dengan adanya makalah ini kelompok kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.
           



Daftar Pustaka
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda.
Iif Khoirul Ahmadi, Sofan Amri. 2011. Metode Pembelajaran IPS Terpadu. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Sapriya. 2012. Pendidikan IPS Konsep Dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Abdul Aziz Wahab. 2009. Metode dan model – model Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar