Jumat, 01 April 2016

Landasan Filosofis Pendidikan.



MAKALAH
Landasan Filosofis Pendidikan

Dosen Pengampu : Dra. Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd
Penyusun
Kelompok 1 : - Arif Heru Wiyono
                               - Dani Darmawan
                               - Dyah Ayu Nur Permata Sari
                               - Siska Widianingsih
                               - Retno Dwi Safitri
                               - Siti Karimatussalamah

Universitas Nusantara PGRI Kediri
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi PGSD
2015



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Salah satu komponen yang tak pernah terpisahkan,seringkali orang menyepelekan landasan pendidikan. Padahal landasan pendidikan dan pendidikan tak bisa terpisahkan sebagaimana pondasi dan bangunannya.
Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya  hanya  apabila dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya.
Mengingat hakikat pendidikan adalah  humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para  pendidik  perlu  memahami hakikat manusia sebagai salah  satu landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Terdapat banyak alasan untuk mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan. Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.


1.2  Rumusan Masalah
  1. Apakah yang dimaksud landasan Pendidikan ?
  2. Apakah yang dimaksud dengan landasan filosofis pendidikan ?
  3. Bagaimana penerapan landasan filosofis dalam dunia pendidikan ?
  4. Apakah manfaat filsafat dalam dunia pendidikan ?
  5. Bagaimana hubungan antara filsafat dengan tujuan pendidikan ?
  6. Bagaimana hubungan  antara kurikulum dengan filsafat pendidikan ?
1.3  Tujuan Penulisan Makalah
  1. Untuk mengetahui tentang pengertian dari landasan pendidikan.
  2. Untuk mengetahui pengertian dari landasan filosofis pendidikan.
  3. Untuk mengerti dan memahami tentang penerapan landasan filosofis dalam dunia pendidikan.
  4. Untuk mengetahui manfaat filsafat dalam dunia pendidikan.
  5. Untuk mengerti dan memahami hubungan antara filsafat dengan tujuan pendidikan.
  6. Untuk mengerti dan memahami hubungan antara kurikulum dengan filsafat pendidikan.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Pendidikan
            Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar  atau alas, karena itu landasan merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak  atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi,  adapun asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi.
            Praktek pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan (bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau  studi pendidikan.
2.2 Landasan Filosofis Pendidikan
            Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme, Progresivisme dan Ekstensialisme. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah berpendidikan itu ? Mengapa pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya, dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani,philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan.
            Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat yang diatas permukaaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis. 
Dalam garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu metafisika, epistimologi, logika, dan
etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
  1. Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu :
a.       Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada adalah jiwa atau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi diri. Pandangan ini dianut oleh kaum Idealis,Scholastik, dan bebrapa Realis.
b.      Manusia adalah organisme materi. Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis,Eksperimentalis, Pragmatis, dan bebrapa realisme. Pendidikan adalah untuk hidup, Pendidikan berkewajiban membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.
  1. Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan  dan kebenaran, Ada lima sumber pengetahuan yaitu :
a.       Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi.
b.      Common sense, yang ada pada adat dan tradisi.
c.       Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
d.      Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
e.       Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
  1. Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia  berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat logika di harapkan manusia bisa berpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
  2. Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik. (Made Pidarta, 1997: 77-78).
2.3 Penerapan Landasan Filosofis Dalam Dunia Pendidikan
            1. Implikasi Bagi Guru
Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin pada kompetensi seorang tukang.
Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya, seorang guru juga harus menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian serta tahap tugasnya itu dengan cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk kepada setiap tindakan seorang guru didalam menunaikan tugasnya, yang pada gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan pendidikan yang mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka semua keputusan serta perbuatan instruksional serta non-instruksional dalam rangka penunaian tugas-tugas seorang guru dan tenaga kependidikan  harus selalu dapat dipertanggung jawabkan secara pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang dengan sendirinya melihatnya dalam perspektif yang lebih luas dari pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan instruksional khusus. Perlu digaris bawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat. Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah bentuk yang diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan sarana sedangkan transaksi personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek didik yang satu dengan subjek didik yang lain dan antara warga sekolah dengan masyarakat di luarnya masih  belum dilandasinya, maka tentu saja proses pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didik akan melahirkan anarki, sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik akan melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu tidak akan menghasilkan pembudayaan manusia.





2. Implikasi Bagi Pendidikan Guru Dan Tenaga Kependidikan
Tidaklah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan salah satu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan bangunan dasarnya.
Hal tersebut dikemukakan tanpa sama sekali didasari oleh anggapan bahwa belum ada diantara kita yang memikirkan masalah  pendidikan guru itu. Pikiran-pikiran yang dimaksud memang ada diketengahkan orang tetapi praktis tanpa kecuali dapat dinyatakan sebagian bersifat fragmentaris, tidak menyeluruh. Misalnya, ada yang menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat, menolak program-program pendidikan guru yang lebih pendek terutama yang diperkenalkan didalam beberapa tahun terakhir ini) ; ada yang menyarankan perlunya ditingkatkan mekanisme seleksi calon guru dan tenaga kependidikan; ada yang menyoroti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan guru; dan ada pula yang memusatkan perhatian kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru sehingga bisa bersaing dengan jabatan-jabatan lain dimasyarakat. Tentu saja semua saran-saran tersebut di atas memiliki kesahihan, sekurang-kurangnya secara partial, akan tetapi apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum tentu dapat dihasilkan sistem pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang efektif.
Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang produktif adalah yang memberi rambu-rambu yang memadai di dalam merancang serta mengimplementasikan program pendidikan guru dan tenaga kependidikan  yang lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas keguruan di dalam konteks pendidikan (tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil telaah interpretif, normative dan kritis itu, seperti telah diutarakan di dalam bagian uraian dimuka, dirumuskan ke dalam perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang serta implementasi program yang dimaksud.


2.4 Manfaat Filsafat Dalam Dunia Pendidikan
            Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran – pemikiran filsafat untuk memecahkan permaslahan pendidikan. Dengan demikian, filsafat memiliki manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Nasution (1982) mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu :
1.      Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa ke mana  anak – anak melalui pendidikan di sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak – anak ke arah yang dicita – citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
2.      Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkan melalui usaha-usaha pendidikan itu ?
3.      Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang bulat kepada segala usaha pendidikan.
4.      Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.
5.      Tujuan pendidikan memberiakan motivasi atau dorongan bagi kegiatan – kegiatan pendidikan.

2.5 Hubungan Filsafat Dan Tujuan Pendidikan
            Filsafat atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya dicapai.
            Tujuan pendidikan memuat pernyataan – pernyataan mengenai berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan filsafat yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkan. Dengan kata lain, filsafat suatu negara tidak bisa dipungkiri akan memengaruhi tujuan pendidikan di negara tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya perbedaan filsafat yang dianutnya.

2.6 Hubungan Antara Kurikulum Dengan Filsafat Pendidikan
            Kurikulum pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa, maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh pada waktu Bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat berorientasi pada kepentingan politik Belanda.
            Keberadaan aliran – aliran filsafat lainnya dalam pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi hendaknya dipertimbangkan dan dikaji kesesuaiannya dengan nilai – nilai falsafah hidup bangsa Indonesia, karena tidak semua konsep aliran filsafat dapat diadopsi dan diterapkan dalam sistem pendidikan kita.
            Pada asas filosofis dalam pengembangan kurikulum menyangkut dua masalah, yakni filsafat dan tujuan pendidikan. Filsafat suatu negara atau pandangan hidup suatu bangsa berisi ide – ide, cita – cita, sistem nilai yang harus dipertahankan demi kelangsungan hidup bangsa tsb. Untuk mempertahankan dan melestarikan nilai – nilai, cita – cita, atau ide – ide yang merupakan ajaran filsafat suatu bangsa dapat diwariskan kepada generasi berikutnya melalui lembaga pendidikan.   




BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fisosofi dan pendidikan adalah dua hal yang tak terpisahkan,menjadikan filosofi dan pendidikan satu kesatuan yang saling berkaitan. Dalam filosofi pendidikan terdapat 9 aliran pendidikan yaitu:a).idealisme, b).realisme, c)pragmatisme, d)progresivisme, e)esensialisme,
f)perenialisme, g)eksistensisme, h)rekonstrukssionime, i)behaviorisme. Filosofis pendidikan adalah pendidikan yang ditinjau dari segi filosofi(filsafat). Jika di telaah dengan seksama lahirnya aliran-aliran tersebut berkaitan dengan pemaknaan berbagai kalangan di dalam memaknai pendidikan secara filosofi.
3.2 Saran
            Bagi seorang guru mengerti dan memahami landasan – landasan pendidikan sangatlah penting. Dimana dengan memahami landasan – landasan ini seorang guru diharapkan dapat memahami dan menerapkan dalam proses pembelajaran dikelas. Diharapkan dengan dengan memahami landasan – landasan ini pula tujuan dari pembelajaran akan tercapai dengan sebaik mungkin.
            Dengan adanya makalah ini kelompok kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu dan pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.




Daftar Pustaka
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran Kurikulum Dan pengembangan. 2011. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta Utara: Rajagrafindo Persada.
Ismawati Esti. 2012. Telaah Kurikulum. Yogyakarta: Ombak.
http://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/10/01/makalah-landasan-dan-asas-pendidikan/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar