MAKALAH
Landasan Filosofis
Pendidikan
Dosen Pengampu : Dra. Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd
Penyusun
Kelompok 1 : - Arif Heru Wiyono
- Dani Darmawan
- Dyah Ayu Nur Permata Sari
- Siska Widianingsih
- Retno Dwi Safitri
- Siti
Karimatussalamah
Universitas
Nusantara PGRI Kediri
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Program
Studi PGSD
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang
penting dalam kehidupan manusia. Salah satu komponen yang tak pernah
terpisahkan,seringkali orang menyepelekan landasan pendidikan. Padahal landasan
pendidikan dan pendidikan tak bisa terpisahkan sebagaimana pondasi dan
bangunannya.
Pendidikan akan dapat dilaksanakan
secara mantap, jelas arah tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efektif
dan efisien metode atau cara-cara pelaksanaannya hanya apabila
dilaksanakan dengan mengacu pada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum
melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh
landasan pendidikannya.
Mengingat hakikat pendidikan
adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia, maka para
pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu
landasannya. Konsep hakikat manusia yang dianut pendidik akan berimplikasi
terhadap konsep dan praktek pendidikannya.
Terdapat banyak alasan untuk
mempelajari filsafat pendidikan, khususnya apabila ada pertanyaan rasional yang
seyogyanya tidak dapat dijawab oleh ilmu atau cabang ilmu-ilmu pendidikan.
Pakar dan praktisi pendidikan memandang filsafat yang membahas konsep dan
praktik pendidikan secara komprehensif sebagai bagian yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan pendidikan. Terlebih lagi, di tengah arus globalisasi
dan modernisasi yang melaju sangat pesat, pendidikan harus diberi inovasi agar
tidak ketinggalan perkembangan serta memiliki arah tujuan yang jelas. Di
sinilah perlunya konstruksi filosofis yang mampu melandasi teori dan praktek
pendidikan untuk mencapai keberhasilan substantif.
1.2 Rumusan Masalah
- Apakah yang dimaksud landasan Pendidikan ?
- Apakah yang dimaksud dengan landasan filosofis pendidikan ?
- Bagaimana penerapan landasan filosofis dalam dunia pendidikan ?
- Apakah manfaat filsafat dalam dunia pendidikan ?
- Bagaimana hubungan antara filsafat dengan tujuan pendidikan ?
- Bagaimana hubungan antara kurikulum dengan filsafat pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
- Untuk mengetahui tentang pengertian dari landasan pendidikan.
- Untuk mengetahui pengertian dari landasan filosofis pendidikan.
- Untuk mengerti dan memahami tentang penerapan landasan filosofis dalam dunia pendidikan.
- Untuk mengetahui manfaat filsafat dalam dunia pendidikan.
- Untuk mengerti dan memahami hubungan antara filsafat dengan tujuan pendidikan.
- Untuk mengerti dan memahami hubungan antara kurikulum dengan filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Landasan Pendidikan
Secara
leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik
tolak atau dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan
pesawat terbang); dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan).
Landasan yang bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun
asumsi dapat dibedakan menjadi tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat
dan premis tersembunyi.
Praktek
pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau lembaga dalam
membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan.Kegiatan bantuan dalam praktek pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan, pengajaran dan atau latihan).Studi pendidikan adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan pendidikan adalah
asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik tolak dalam rangka
praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
2.2 Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan
filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan,
menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran
filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme,
Perenialisme, Esensialisme, Pragmatisme, Progresivisme dan Ekstensialisme. Landasan
filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah berpendidikan
itu ? Mengapa pendidikan itu diperlukan ? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya,
dan sebagainya. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau
bersifat filsafat (falsafah). Kata filsafat (philosophy) bersumber dari
bahasa Yunani,philien berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan.
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran ilmu yang sifatnya relative. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang biasa diamati hanya sebagian kecil
saja. Diibaratkan mengamati gunung es, kita hanya mampu melihat yang diatas
permukaaan laut saja. Sementara itu filsafat mencoba menyelami sampai kedasar
gunung es itu untuk meraba segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan
yang kritis.
Dalam garis besarnya ada empat
cabang filsafat yaitu metafisika, epistimologi, logika, dan
etika, dengan kandungan materi
masing-masing sebagai berikut :
- Metafisika ialah filsafat yang meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat di alam ini. Dalam kaitanya dengan manusia, ada dua pandangan yaitu :
a.
Manusia pada hakekatnyanya adalah spiritual. Yang ada
adalah jiwa atau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan berkewajiban
membebaskan jiwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk mengaktualisasi
diri. Pandangan ini dianut oleh kaum Idealis,Scholastik, dan bebrapa
Realis.
b.
Manusia adalah organisme materi. Pandangan ini dianut
kaum Naturalis, Materialis,Eksperimentalis, Pragmatis, dan
bebrapa realisme. Pendidikan adalah untuk hidup, Pendidikan berkewajiban
membuat kehidupan manusia menjadi menyenangkan.
- Epistemologi ialah filsafat yang membahas tentang pengetahuan dan kebenaran, Ada lima sumber pengetahuan yaitu :
a.
Otoritas, yang terdapat dalam ensiklopedi.
b.
Common sense, yang ada pada adat dan
tradisi.
c.
Intuisi yang berkaitan dengan perasaan.
d.
Pikiran untuk menyimpulkan hasil pengalaman.
e.
Pengalaman yang terkontrol untuk mendapatkan
pengetahuan secara ilmiah.
- Logika ialah filsafat yang membahas tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat logika di harapkan manusia bisa berpikir dengan mengemukakan pendapatnya secara tepat dan benar.
- Etika ialah filsafat yang menguraikan tentang perilaku manusia mengenai nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangkan perilaku manusia, anatara lain afeksi peserta didik. (Made Pidarta, 1997: 77-78).
2.3 Penerapan Landasan Filosofis Dalam Dunia
Pendidikan
1.
Implikasi Bagi Guru
Apabila kita
konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan pekerjaan guru maka filsafat
pendidikan merupakan landasan berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja
professional, tidaklah cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini baru tercermin pada kompetensi
seorang tukang.
Disamping
penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang tugasnya, seorang guru juga harus
menguasai mengapa ia melakukan setiap bagian serta tahap tugasnya itu dengan
cara tertentu dan bukan dengan cara yang lain. Jawaban terhadap pertanyaan
mengapa itu menunjuk kepada setiap tindakan seorang guru didalam menunaikan
tugasnya, yang pada gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan
pendidikan yang mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih operasional maupun
tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena itu maka semua
keputusan serta perbuatan instruksional serta non-instruksional dalam
rangka penunaian tugas-tugas seorang guru dan tenaga kependidikan harus
selalu dapat dipertanggung jawabkan secara pendidikan (tugas professional,
pemanusiaan dan civic) yang dengan sendirinya melihatnya dalam perspektif yang
lebih luas dari pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan instruksional khusus. Perlu
digaris bawahi di sini adalah tidak dikacaukannya antara bentuk dan hakekat.
Segala ketentuan prasarana dan sarana sekolah pada hakekatnya adalah bentuk yang
diharapkan mewadahi hakekat proses pembudayaan subjek didik. Oleh karena itu
maka gerakan ini hanya berhenti pada “penerbitan” prasarana dan sarana
sedangkan transaksi personal antara subjek didik dan pendidik, antara subjek
didik yang satu dengan subjek didik yang lain dan antara warga sekolah dengan
masyarakat di luarnya masih belum dilandasinya, maka tentu saja proses
pembudayaan tidak terjadi. Seperti telah diisyaratkan dimuka, pemberian bobot
yang berlebihan kepada kedaulatan subjek didik akan melahirkan
anarki, sedangkan pemberian bobot yang berlebihan kepada otoritas pendidik
akan melahirkan penjajahan dan penjinakan. Kedua orientasi yang ekstrim itu
tidak akan menghasilkan pembudayaan manusia.
2. Implikasi Bagi Pendidikan Guru Dan Tenaga Kependidikan
Tidaklah
berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di Indonesia kita belum punya teori
tentang pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan
karena kita masih belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan
salah satu prasaratnya yaitu teori tentang pendidikan sebagimaana
diisyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum berhasil
memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi kegiatan pembaharuan
pendidikan selama ini maka yang diperbaharui adalah pearalatan luarnya bukan
bangunan dasarnya.
Hal tersebut dikemukakan tanpa sama sekali
didasari oleh anggapan bahwa belum ada diantara kita yang memikirkan
masalah pendidikan guru itu. Pikiran-pikiran yang dimaksud memang ada
diketengahkan orang tetapi praktis tanpa kecuali dapat dinyatakan sebagian
bersifat fragmentaris, tidak menyeluruh. Misalnya, ada yang
menyarankan masa belajar yang panjang (atau, lebih cepat, menolak
program-program pendidikan guru yang lebih pendek terutama yang diperkenalkan
didalam beberapa tahun terakhir ini) ; ada yang menyarankan perlunya
ditingkatkan mekanisme seleksi calon guru dan tenaga kependidikan; ada yang
menyoroti pentingnya prasarana dan sarana pendidikan guru; dan ada pula yang
memusatkan perhatian kepada perbaikan sistem imbalan bagi guru sehingga bisa
bersaing dengan jabatan-jabatan lain dimasyarakat. Tentu saja semua saran-saran
tersebut di atas memiliki kesahihan, sekurang-kurangnya
secara partial, akan tetapi apabila di implementasikan,
sebagian atau seluruhnya, belum tentu dapat dihasilkan sistem pendidikan guru
dan tenaga kependidikan yang efektif.
Sebaiknya teori pendidikan guru dan
tenaga kependidikan yang produktif adalah yang memberi rambu-rambu yang memadai
di dalam merancang serta mengimplementasikan program pendidikan guru dan
tenaga kependidikan yang lulusannya mampu melaksanakan tugas-tugas
keguruan di dalam konteks pendidikan (tugas professional, kemanusiaan
dan civic). Rambu-rambu yang dimaksud disusun dengan mempergunakan
bahan-bahan yang diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang
disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta pilihan
nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu yang dimaksud yang mencerminkan hasil
telaah interpretif, normative dan kritis itu, seperti telah
diutarakan di dalam bagian uraian dimuka, dirumuskan ke dalam
perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-asumsi yang memberi rambu-rambu bagi
perancang serta implementasi program yang dimaksud.
2.4 Manfaat
Filsafat Dalam Dunia Pendidikan
Filsafat
pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran – pemikiran filsafat
untuk memecahkan permaslahan pendidikan. Dengan demikian, filsafat memiliki
manfaat dan memberikan kontribusi yang besar terutama dalam memberikan kajian
sistematis berkenaan dengan kepentingan pendidikan. Nasution (1982)
mengidentifikasi beberapa manfaat filsafat pendidikan, yaitu :
1.
Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa
ke mana anak – anak melalui pendidikan
di sekolah? Sekolah ialah suatu lembaga yang didirikan untuk mendidik anak –
anak ke arah yang dicita – citakan oleh masyarakat, bangsa, dan negara.
2.
Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh
filsafat yang dianut, kita mendapat gambaran yang jelas tentang hasil yang
harus dicapai. Manusia yang bagaimanakah yang harus diwujudkan melalui
usaha-usaha pendidikan itu ?
3.
Filsafat dan tujuan pendidikan memberi kesatuan yang
bulat kepada segala usaha pendidikan.
4.
Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai
usahanya, hingga manakah tujuan itu tercapai.
5.
Tujuan pendidikan memberiakan motivasi atau dorongan
bagi kegiatan – kegiatan pendidikan.
2.5 Hubungan
Filsafat Dan Tujuan Pendidikan
Filsafat
atau pandangan hidup yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat
tertentu atau bahkan yang dianut oleh perorangan akan sangat mempengaruhi
tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Sedangkan tujuan pendidikan sendiri pada
dasarnya merupakan rumusan yang komprehensif mengenai apa yang seharusnya
dicapai.
Tujuan
pendidikan memuat pernyataan – pernyataan mengenai berbagai kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan
filsafat yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang
dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan
rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkan. Dengan kata lain, filsafat suatu
negara tidak bisa dipungkiri akan memengaruhi tujuan pendidikan di negara
tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda
dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sebagai implikasi dari adanya
perbedaan filsafat yang dianutnya.
2.6 Hubungan
Antara Kurikulum Dengan Filsafat Pendidikan
Kurikulum
pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Karena tujuan
pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat atau pandangan hidup suatu bangsa,
maka kurikulum yang dikembangkan juga harus mencerminkan falsafah atau
pandangan hidup yang dianut oleh bangsa tersebut. Oleh karena itu, terdapat
hubungan yang sangat erat antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan
filsafat negara yang dianutnya. Sebagai contoh pada waktu Bangsa Indonesia
dijajah oleh Belanda, maka kurikulum yang dianut pada masa itu sangat
berorientasi pada kepentingan politik Belanda.
Keberadaan
aliran – aliran filsafat lainnya dalam pengembangan kurikulum di Indonesia
dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi hendaknya dipertimbangkan dan dikaji
kesesuaiannya dengan nilai – nilai falsafah hidup bangsa Indonesia, karena
tidak semua konsep aliran filsafat dapat diadopsi dan diterapkan dalam sistem
pendidikan kita.
Pada
asas filosofis dalam pengembangan kurikulum menyangkut dua masalah, yakni
filsafat dan tujuan pendidikan. Filsafat suatu negara atau pandangan hidup
suatu bangsa berisi ide – ide, cita – cita, sistem nilai yang harus dipertahankan
demi kelangsungan hidup bangsa tsb. Untuk mempertahankan dan melestarikan nilai
– nilai, cita – cita, atau ide – ide yang merupakan ajaran filsafat suatu
bangsa dapat diwariskan kepada generasi berikutnya melalui lembaga pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Fisosofi dan pendidikan adalah dua hal yang tak
terpisahkan,menjadikan filosofi dan pendidikan satu kesatuan yang saling
berkaitan. Dalam filosofi pendidikan terdapat 9 aliran pendidikan yaitu:a).idealisme,
b).realisme, c)pragmatisme, d)progresivisme, e)esensialisme,
f)perenialisme,
g)eksistensisme, h)rekonstrukssionime, i)behaviorisme. Filosofis pendidikan
adalah pendidikan yang ditinjau dari segi filosofi(filsafat). Jika di telaah
dengan seksama lahirnya aliran-aliran tersebut berkaitan dengan pemaknaan
berbagai kalangan di dalam memaknai pendidikan secara filosofi.
3.2 Saran
Bagi
seorang guru mengerti dan memahami landasan – landasan pendidikan sangatlah
penting. Dimana dengan memahami landasan – landasan ini seorang guru diharapkan
dapat memahami dan menerapkan dalam proses pembelajaran dikelas. Diharapkan
dengan dengan memahami landasan – landasan ini pula tujuan dari pembelajaran
akan tercapai dengan sebaik mungkin.
Dengan adanya makalah
ini kelompok kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan
pada umumnya untuk masyarakat. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan
ilmu dan pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami selaku
pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk
makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.
Daftar
Pustaka
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran
Kurikulum Dan pengembangan. 2011. Kurikulum
Dan Pembelajaran. Jakarta Utara: Rajagrafindo Persada.
Ismawati Esti. 2012. Telaah Kurikulum. Yogyakarta: Ombak.
http://ingridelvina.blog.uns.ac.id/2014/10/01/makalah-landasan-dan-asas-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar