MAKALAH
Model – Model
Pengembangan Kurikulum SD
Dosen Pengampu : Ilmawati Fahmi
Imron, M.Pd
Penyusun : Dani Darmawan
Universitas
Nusantara PGRI Kediri
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Program
Studi PGSD
2015
Kata
Pengantar
Segala puji
bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Model – Model Pengembangan Kurikulum", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Model – Model Pengembangan Kurikulum”, dimana didalam menerapkan kurikulum, sebuah Negara pada umumnya memiliki model pengembangan kurikulum masing – masing. Melalui adanya model pengembangan kurikulum ini, dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum atau sebagai acuan dalam memahami penerapan kurikulum disebuah negara. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pengembangan kurikulum yaitu Ibu Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Model – Model Pengembangan Kurikulum", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Model – Model Pengembangan Kurikulum”, dimana didalam menerapkan kurikulum, sebuah Negara pada umumnya memiliki model pengembangan kurikulum masing – masing. Melalui adanya model pengembangan kurikulum ini, dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum atau sebagai acuan dalam memahami penerapan kurikulum disebuah negara. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pengembangan kurikulum yaitu Ibu Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Kediri,
10 November 2015
Penyusun
(Dani Darmawan)
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................................II
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................01
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................02
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah................................................................................02
Bab II Pembahasan
2.1
Pengertian Model Pengembangan Kurikulum.......................................................03
2.2
Model – Model Pengembangan Kurikulum...........................................................04
Bab III Penutup
3.1
Kesimpulan.............................................................................................................15
3.2
Saran.......................................................................................................................16
Daftar Pustaka..........................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum disuatu negara
keberadaannya sangatlah penting didalam dunia pendidikan. Kurikulum di jadikan
sebagai alat atau pedoman dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan, kurikulum
itu bersifat dinamis, dimana kurikulum disuatu negara itu harus diubah atau
dikembangkan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum
diantaranya adalah : merespon IPTEK, merespon perubahan sosial, Memenuhi
kebutuhan peserta didik, merespon kemajuan dibidang pendidikan, dan untuk
mencapai pendidikan nasional.
Model –
model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di
lapangan terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah
jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model –
model pengembangan kurikulum.
Salah satu
fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik
untuk kehidupan di kemudian hari. Oleh karena itu ada beberapa ciri dasar yang
dapat disimpulkan atas penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu sadar
akan tujuan, orientasi ke hari depan, dan sadar akan penyesuaian. Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi
paedagogik yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi paedagogik merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah
satunya kemampuan pengembangan kurikulum.
Pada tahun
2006 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru, yang berlaku
sebagai pengganti kurikulum 2004 yaitu Kurukulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP). Kurikulum ini merupakan inovasi baru dalam bidang kurikulum pendidikan
di Indonesia, karena dengan adanya KTSP pihak satuan pendidikan dituntut
kemampuannya dalam menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan atau kondisi dan
keperluan satuan sekolah tersebut yang lebih dikenal dengan system desentralisasi. Yang tentunya ini
merupakan perbedaan pada kurikulum sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada
sekolah untuk melaksanakannya saja sedangkan yang membuat dan menyusunnya
adalah pemerintah yang dikenal dengan system sentralisasi.
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi
yang melaju cepat, menuntut
kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang, untuk itu
pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber daya manusia yang kompeten
sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka dari itu perlu adanya
pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran
dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud model pengembangan kurikulum ?
- Apa saja model - model pengembangan kurikulum di SD ?
1.3 Tujuan Penyusunan Makalah
- Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari model pengembangan kurikulum.
- Untuk mengetahui model – model pengembangan kurikulum di SD.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pergertian
Model Pengembangan Kurikulum
“ A model is a mental picture that helps us understanding something we
cannot see or experience directly ” (Dorin et all., on line). Sedangkan Briggs
(Ghafur, 1982: 27) mergartikan model sebagai seperangkat prosedur yang
berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan
media, dan evaluasi. Model juga bisa diartikan sebagai tiruan atau miniatur dari
benda/proses sebenarnya. Model ini bisa berupa benda bisa juga berupa prosedur
atau gambaran langkah sistematis suatu proses.
Silvern
(AECT, 1986: 82-83) menjelaskan “....model adalah konseptualisasi dalam bentuk
persamaan, peralatan fisik, uraian, atau analogi grafik yang menggambarkan
situasi (keadaan) yang sebenarnya...baik merupakan keadaan apa adanya maupun
keadaan yang seharusnya. Mosel...., meskipun tidak menggambarkan suatu persis
seperti kenyataan sebenarnya, namun dipandang sebagai replikasi asli. Semakin
jelas replikasi itu, semakin baik suatu model” (Heinich, AECT, Idem).
Karena
model itu sebagai gambaran mental, maka akan terjadi banyak model sesuai dengan
kemampuan pembuat model dalam menuangkn suatu fenomena baik dalam wujud
miniatur, bagan, atau diskripsi langkah – langkah proses dari suatu benda atau
peristiwa.
Sedangkan
pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan suatu istilah yang
komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan penilaian. Karena
pengembangan kurikulum memilki implikasi terhadap adanya perubahan dan
perbaikan maka istilah pengembangan kurikulum terkadang juga disamakan dengan
istilah perbaikan kurikulum (curricuculum improvement). Meskipun pada banyak
kasus sebenarnya perbaikan itu merupakan akibat dari adanya pengembangan
(Oliva, 1992:26).
Dengan
demikian, maka bisa kita fahami bahwa yang dimaksud dengan model pengembangan
kurikulum itu adalah gambaran sistematis mengenai prosedur yang ditempuh dalam
melakukan aktivitas pengembangan kurikulum. Yaitu proses perencanaan,
pelaksanaan (uji coba), dan penilaian kurikulum. Dimana inti dari aktivitas ini
sebenarnya adalah pengambilan keputusan tentang apa, mengapa, dan bagaimana
komponen – komponen kurikulum yang akan dibuat.
2.2 Model –
Model Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum ada
beberapa model yang dapat digunakan. Tiap model memiliki kekhasan tertentu baik
dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari
tahapan pendekatannya maupun pengembangannya :
1. Model Tyler
Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu pada empat
pertanyaan dasar yang harus dijawab, dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar
– pilar bangunan kurikulum. Prose pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada
dasarnya adalah proses menjawab pertanyaan – pertanyan tersebut, dan jawaban
dari pertanyaan – pertanyaan tersebut membentuk hasil berupa kurikulum.
Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan yang ingin
dicapai, “What educational purposes should the school seek to attain?”.
Pertanyaan kedua, berkenaan dengan jenis pengalaman belajar apa yang harus
disediakan untuk mencapai tujuan. Dalam pengalaman belajar ini di dalamnya
sudah tercangkup materi apa yang harus diberikan, “What educational experiences
can be provided that are likely to attain these purposes?”. Pertanyaan ketiga,
berkenaan dengan organisasi kegiatan atau pengalaman belajar yang dinilai
paling efektif untuk mencapai tujuan, “How can these educational experiences be
effectively oeganized?”. Pertanyaan keempat atau terakhir, berkenaan dengan
upaya mekanisme apa yang digunakan untuk mengetahui apakah tujuan sudah
tercapai atau belum (evaluasi), “How can we determine wether these purposes are
being attained ?”.
1. Menentukan Tujuan
Penetapan tujuan adalah
langkah pertama. Dalam tujuan ini harus menggambarkan arah pendidikan yang akan
dituju, jenis kemampuan apa yang harus dimiliki siswa setelah proses pendidikan.
Rumusan tujuan kurikulum
ini sangat tergantung pada teori dan filsafat pendidikan yang dianut oleh
pengembangnya, berdasarkan berbagai masukan. Dalam pandanga Tyler ada tiga
klasifikasi karakteristik tujuan kurikulum yaitu tujuan kurikulum yang menekankan
pada penguasaan konsep dan teori ilmu pengetahuan (dicipline oriented). Tujuan
kurikulum yang menekankan pada pengembangan pribadi atau model humanistik
(child centered). Tujuan kurikulum yang menekankan pada upaya perbaikan
kehidupan masyarakat (society centered).
Dengan merujuk pada
kurikulum diatas, maka sumber-sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam
pengembangan kurikulum, menurut Tyler, yaitu pandangan dan pertimbangan para
ahli disiplin ilmu, individu anak (sebagai siswa), dan kehidupan sosial
kontemporer. Dalam praktik, pemisahan tegas seperti di atas tidak ada. Ketiga
hal tersebut menyatu meskipun mungkin ada salah satu karakter yang lebih
dominan.
Macam – macam tujuan kurikulum :
1.
Tujuan kurikulum bersifat " disipline oriented
"
Penguasaan berbagai konsep atau teori seperti yang
tergambar dalam disiplin ilmu.
2.
Tujuan kurikulum bersifat " child centered "
Kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan
pribadi siswa. Maka yang menjadi sumber utama adalah siswa, baik yang berhubungan
dengan bakat, minat, serta kebutuhan
membekali hidupnya.
3.
Tujuan kurikulum bersifat " society centered
"
Ini lebih memosisikan kurikulum sekolah sebagai alat
untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.
2. Menentukan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah segala atifitas siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi
pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Pengalaman
belajar lebih menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran.
Untuk itulah yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah " apa
yang akan atau telah dilakukan siswa, bukan apa yang akan atau telah diperbuat
oleh guru ". untuk itulah guru sebagai pengemban kurikulum mestinya
memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnya.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman
belajar siswa :
1) Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
3) Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4) Satu pengalaman belajar bisa mencapai lebih dari satu tujuan.
1) Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
3) Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4) Satu pengalaman belajar bisa mencapai lebih dari satu tujuan.
3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar bisa dibuat dalam bentuk mata
pelajaran atau berupa program. Sedangkan jenis pengorganisasian pengalaman
belajar bisa secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal artinya,
satu jenis pengalaman belajar di lakukan dalam berbagai tingkat kelas yang
berbeda. Dengan maksud untuk mengulang – ulang jenis pengalaman belajar
tersebut. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal yaitu menghubungkan
pengalaman belajar dalam satu bidang kajian (mata pelajaran) dengan pengalaman
belajar bidang kajian yang lain yang masih dalam satu tingkat (kelas)
Tyler mengajukan tiga prinsip untuk mengorganisasi
pengalaman belajar agar efektif yaitu kesinambungan (contiuity), urutan isi
(sequence), integrasi (integration).
Kesinambungan berarti adanya pengulangan yang terus
menerus jenis pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan yang ingin dibentuk
pada siswa. Contoh, salah satu tujuan IPS adalah membentuk kemampuan membaca
materi IPS merupakan tujuan yang dipandang sangat penting, maka pengalaman
belajar untuk membentuk kemampuan ini harus diulang – ulang dengan cara yang
sama. Kesinambungan merupakan faktor penting dalam organisasi secara vertikal.
Urutan isi, diorganisasi sehingga adanya penambahan
kedalaman dan keluasan bahan dengan disesuaikan dengan tingkat
kemampuan/perkembangan siswa. Juga adanya urutan dari yang mudah menuju yang
sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Integrasi, yaitu pokok bahasan dalam satu mata
pelajaran satu dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya sehingga adanya
pemahaman yang terintegrasi (holistik). Misalnya dalam pengalaman belajar dalam
bidang matematika bisa dikaitkan dan membantu dalam mata pelajaran ekonomi.
Ada 2 jenis pengorganisasian pengalaman beajar :
Ada 2 jenis pengorganisasian pengalaman beajar :
1. Pengorganisasian
secara vertikal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajianyang
sama dalam tingkat yang berbeda. Misal : pengorganisasian pengalaman belajar
yang menghubungkan antara bidang geografi dikelas lima dan kelas enam.
2. Pengorganisasian
secara horisntal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi
dan sejarah dalam tingkat yang sama.
Menurut Tyler ada beberapa prinsip dalam mengorganisasi pengalaman belajar
:
a.
Kontinuitas bersifat vertikal dan horizontal
Bersifat vertikal : bahwa pengalaman belajar yang
diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk mengembangkan
pengalaman belajar selanjutnya.
Bersifat horizontal : bahwa pengalaman yang diberikan
kepada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman
belajar dalam bidang lain.
b.
Prinsip urutan isi yaitu setiap pengalaman belajar
siswa harus memerhatikan tingkat penrkembangan siswa .
4. Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk
menegetahui sejauhmana tingkat pencapaian tujuan. Adapun kriteria ketercapaian
tujuan ini dengan melihat apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada
siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian sebaiknya dilakukan
menggunakan lebih dari satu cara. Dalam hal ini mengajukan agar dilakukan pre
tes dan pos tes.
Fungsi dari penilaian
dimaksudkan untuk melihat tingkat ketercapaian siswa dalam menguasai
pelajaran/perubahan tingkah laku (fungsi sumatif), dan untuk melihat sejauh mana
efektifitas proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi :
1.
Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan
tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
2.
Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat
penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Selanjutnya ada fungsi evaluasi :
1)
Fungsi sumatif : evaluasi digunakan untuk memperoleh
data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik.
2)
Fungsi formatif : untuk melihat efektifitas proses
pembelajaran, apakah program yang disusun telah dianggap sempurna atau perlu
perbaikan.
2. Model Taba
Model pengembangan inil lebih rinci dan lebih sepurna
jika dibandingkan dengan model Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari
model Tyler, modifikasi tersebut terutama penekananya pada pemusatan perhatian
guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha
pengembangan kurikulum. Menurut Taba guru harus aktif penuh dalam pengembangan
kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru
sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam
model pengembangan Taba’s. Dalam pengembangannya lebih bersikap edukatif dan
berbeda dengan model tradisional.
Ada 5 langkah
pengembangan kurikulum model Taba:
1. Menghasilkan unit-unit percobaan
1. Menghasilkan unit-unit percobaan
Melalui langkah – langkah :
a.
Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan
kurikulum memulai dengan menetukan kebutuhan – kebutuhan siswa.
b.
Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan – kebutuhan
siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
c.
Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai denagn
tujuan. Pemilihan isi bukan hanya didasarkan pada tujuan saja, tetapi juga
harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
d.
Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksi isi,
selanjutnya kurikulum yang telah ditentuan itu disusun urutannya, sehingga
tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
e.
Memilih pengalaman belajar. Menentukan pengalaman –
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f.
Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya
menentukan bagaimana mengemas pengalaman – pengalaman belajar yang telah
ditentukan itu ke dalam paket – paket kegiatan.
g.
Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus
dilakukan siswa. Pada tahap ini guru menyeleksi berbagai teknikyang dapat
dilakukan untuk menilai prestasi siswa.
h.
Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini
perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan
tipe – tipe belajar siswa.
2. Menguji coba unit eksperimen untuk menentukan validitas dan kelayakan
penggunaannya
Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama harus
diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi
belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan
sehinggadapat menghimpun data bagi penyempurnaa.
3. Merivisi dan mengonsolidasi unit eksperimen
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan
berdasarkan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan
penyempurnaan dilakukan pula konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal – hal
yang bersifat umum dan tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini
dilakukan secara bersama – sama dengan koordinator maupun ahli kurikulum.
Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji
di lapangan.
4. Mengembangkan keseluruhan rangka kurikulum (Developing a Framework)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi
telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu
harus dikaji oleh para ahli kurikulum. Ada beberapa pertanyaan yang perlu
dijawab dalam langkah ini; 1) apakah lingkup isi telah memadai; 2) apakah isi
telah tersusun secara logis; 3) apakah pembelajaran telah memberikan peluang
terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap; 4) dan apakah
konsep dasar sudah terakomodasi ?
5. Implementasi dan Desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan
penyebarluasan program kedaerah dan sekolah – sekolah dan dilakukan pendataan
tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru – guru dilapangan. Oleh
karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan
dengan aspek – aspek penerapan kurikulum
3. Model Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum
harus bersifat simpel, komprensif, dan sistematik. Menurut olive model yang
dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Yang pertama untuk
menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus misalkan
penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu disekolah, baik dalam tataran
perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, model ini
juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang program kurikulum.
Ketiga model ini dapat digunakan dalam program pembelajaran secara khusus.
Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat
simpel, komprehensif dan sistematik .
Dalam mengembangkan kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan :
Dalam mengembangkan kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan :
1. Perumusan
filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya
bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
2. Kebutuhan
masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dari urgensi dari
disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3. Tujuan umum
yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
4. Tujuan
khusus yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
5. Bagaimana
mengorganisasi rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
6. Menjabarkan
kurikulum dalam bentuk tujuan umum.
7. Menjabrkan
kurikulum dalam bentuk tujun khusus.
8. Menetapkan
strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan.
9. Teknik
penilaian.
10. Pengembangan
kurikulum.
11. Evaluasi
pembelajaran.
12. Evaluasi kurikulum.
4. Model Beauchamp
Model ini dinamakan system Beauchamp, karena memang
diciptakan dan dikembangkan oleh Bauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp
mengemukakan ada lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum :
a. Menetapkan
wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu
bias terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin
tingkat provinsi dan tingkat nasional.
b. Menentukan
orang – orang yang akan terlibat dalam penyempurnaan kurikulum. Disarankan
melibatkan seluas – luasnya para tokoh masyarakat (seperti politikus,
industriawan, pengusaha), para ahli kurikulum, para ahli pendidikan, para
praktisi (guru)yang berpengalaman, juga profesional lain yang relevan.
c. Tim menyusun
tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas
tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas juga
sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru,
menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai,
dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d. Implementasi
kurikulum. Tahap ini, yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh
tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa,
fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan disekolah.
e. Evaluasi Kurikulum
Langkah ini
minimal mencakup empat hal, yaitu: (1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum
oleh guru – guru, (2) evaluasi desain kurikulum, (3) evaluasi hasil belajar
siswa, (4). Evaluasi keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum,
serta prinsip – prinsip melaksanakannya.
5. Model
Wheeler
Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan
suatu proses ynag membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana
ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara
sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan
kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala
setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Demikian
proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni:
a.
Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
bisa merupak tujuan yang bersifat normatif, bersifat filosofis atau tujuan
pembelajaran umum yang bersifat praktis. Sementara itu, tujuan khusus adalah tujuan
yang bersifat spesifik dan teruktur.
b.
Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah
pertama.
c.
Menentukan isi pembelajaran sesuai dengan pengalaman
belajar yang diinginkan.
d.
Mengelola pengalaman belajar dengan isi pembelajaran.
e.
Melakukan evaluasi setiap langkah.
6. Model Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical
Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan
kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls,
yaitu:
- Menganalisis situasi.
- Menentukan tujuan khusus.
- Menentukan dan mengelola isi pelajaran.
- Menentukan dan mengelola metode pembelajaran.
- Melakukan evaluasi.
7. Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia
namakan model Dynamic,b adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah
(School Nased Curriculum Development) Skilbeck menjelaskan model ini
diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka
setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai
dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck
menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan
alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah.
Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai
berikut :
a. Menganalisis sesuatu
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyususn program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
a. Menganalisis sesuatu
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyususn program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
Dari model – model
pengembangan kurikulum diatas, semua pada dasarnya mencakup langkah – langkah:
(a) merumuskan tujuan; (b) merumuskan pengalaman belajar; (c)mengelola pengalaman
belajar, dan (d) melakukan evaluasi. Pada praktiknya, pengembangan kurikulum
biasanya bersifat efektif, gabungan dari berbagai model.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan master dalam
pengembangan kurikulum dilembaga pendidikan. Model pengembangan kurikulum,
yaitu langkah sistematis dalam proses penyusunan kurikulum. Alternatif prosedur
dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Model pengembangan kurikulum harus
dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan program pembelajaran yang
dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan,
berdasarkan pada perkembangan teori dan praktik kurikulum. Dewasa ini telah
banyak dikemukakan model – mode pengembangan kurikulum, diantaranya :
1. Model
Tyler
2. Model Taba
3. Model Oliva
4. Model Beauchamp
5. Model Wheeler
6. Model Nicholls
7. Model Dynamic Skilbeck
2. Model Taba
3. Model Oliva
4. Model Beauchamp
5. Model Wheeler
6. Model Nicholls
7. Model Dynamic Skilbeck
3.2
Saran
Bagi
seorang guru ataupun calon guru mengetahui dan memahami tentang model – model
pengembangan kurikulum sanagatlah penting. Dimana dengan mengerti sekaligus
memahami tentang model – model pengembangan kurikulum ini seorang guru dapat
ikut serta dalam menyempurnakan akan adanya kurikulum tersebut. Seorang guru
tidak hanya bertugas untuk mengajar dikelas saja tetapi juga diharapkan mampu
memberikan konstribusi yang positif terhadap pendidikan di Indonesia salah
satunya dengan memberikan ide dalam pengembangan kurikulum.
Dengan adanya makalah ini kelompok
kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya
untuk masyarakat luas. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu
sekaligus pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami
selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun
untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.
Daftar
Pustaka
-
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan
Pembelajaran. 2006. Kurikulum & Pengembangan.
Bandung: UPI PRESS.
-
Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan
Pembelajaran. 2011. Kurikulum &
Pembelajaran. Jakarata : Rajagrafindo Persada.
-
Hidayati Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
-
Dakir. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
-
Widyastono, Herry. Hasan, Said Hamid
Esd. (2014). Pengembangan Kurikulum Di
Era Otonomi Daerah “ Dari kurikulum 2004, 2006, ke kurikulum 2013.”
Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar