Jumat, 01 April 2016

Model – Model Pengembangan Kurikulum SD.



MAKALAH
Model – Model Pengembangan Kurikulum SD

Dosen Pengampu : Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd

Penyusun : Dani Darmawan                               
                         
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi PGSD
2015



Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Model – Model Pengembangan Kurikulum", yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Model – Model Pengembangan Kurikulum”, dimana didalam menerapkan kurikulum, sebuah Negara pada umumnya memiliki model pengembangan kurikulum masing – masing. Melalui adanya model pengembangan kurikulum ini, dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum atau sebagai acuan dalam memahami penerapan kurikulum disebuah negara. Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah pengembangan kurikulum yaitu Ibu Ilmawati Fahmi Imron, M.Pd yang telah membimbing penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah yang baik dan sesuai kaidah.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Kediri, 10 November 2015

                Penyusun



          (Dani Darmawan)






Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................................II
Bab I Pendahuluan
1.1  Latar Belakang.......................................................................................................01
1.2  Rumusan Masalah..................................................................................................02
1.3   Tujuan Penyusunan Makalah................................................................................02
Bab II Pembahasan
            2.1 Pengertian Model Pengembangan Kurikulum.......................................................03
            2.2 Model – Model Pengembangan Kurikulum...........................................................04
Bab III Penutup
            3.1 Kesimpulan.............................................................................................................15
            3.2 Saran.......................................................................................................................16
Daftar Pustaka..........................................................................................................................17
           








BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kurikulum disuatu negara keberadaannya sangatlah penting didalam dunia pendidikan. Kurikulum di jadikan sebagai alat atau pedoman dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis, dimana kurikulum disuatu negara itu harus diubah atau dikembangkan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum diantaranya adalah : merespon IPTEK, merespon perubahan sosial, Memenuhi kebutuhan peserta didik, merespon kemajuan dibidang pendidikan, dan untuk mencapai pendidikan nasional.
 Model – model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di lapangan terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota komite sekolah jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model – model pengembangan kurikulum.
Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari. Oleh karena itu ada beberapa ciri dasar yang dapat disimpulkan atas penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu sadar akan tujuan, orientasi ke hari depan, dan sadar akan penyesuaian. Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi paedagogik yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.
Pada tahun 2006 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru, yang berlaku sebagai pengganti kurikulum 2004 yaitu Kurukulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini merupakan inovasi baru dalam bidang kurikulum pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya KTSP pihak satuan pendidikan dituntut kemampuannya dalam menyusun kurikulum sesuai dengan keadaan atau kondisi dan keperluan satuan sekolah tersebut yang lebih dikenal dengan system desentralisasi. Yang tentunya ini merupakan perbedaan pada kurikulum sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada sekolah untuk melaksanakannya saja sedangkan yang membuat dan menyusunnya adalah pemerintah yang dikenal dengan system sentralisasi.
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju cepat, menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang, untuk itu pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber daya manusia yang kompeten sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka dari itu perlu adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud model pengembangan kurikulum ?
  1. Apa saja model - model pengembangan kurikulum di SD ?

1.3  Tujuan Penyusunan Makalah
  1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari model pengembangan kurikulum.
  2. Untuk mengetahui model – model pengembangan kurikulum di SD.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pergertian Model Pengembangan Kurikulum
            “ A model is a mental picture that helps us understanding something we cannot see or experience directly ” (Dorin et all., on line). Sedangkan Briggs (Ghafur, 1982: 27) mergartikan model sebagai seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses, seperti penilaian kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi. Model juga bisa diartikan sebagai tiruan atau miniatur dari benda/proses sebenarnya. Model ini bisa berupa benda bisa juga berupa prosedur atau gambaran langkah sistematis suatu proses.
            Silvern (AECT, 1986: 82-83) menjelaskan “....model adalah konseptualisasi dalam bentuk persamaan, peralatan fisik, uraian, atau analogi grafik yang menggambarkan situasi (keadaan) yang sebenarnya...baik merupakan keadaan apa adanya maupun keadaan yang seharusnya. Mosel...., meskipun tidak menggambarkan suatu persis seperti kenyataan sebenarnya, namun dipandang sebagai replikasi asli. Semakin jelas replikasi itu, semakin baik suatu model” (Heinich, AECT, Idem).
            Karena model itu sebagai gambaran mental, maka akan terjadi banyak model sesuai dengan kemampuan pembuat model dalam menuangkn suatu fenomena baik dalam wujud miniatur, bagan, atau diskripsi langkah – langkah proses dari suatu benda atau peristiwa.
            Sedangkan pengembangan kurikulum (curriculum development) merupakan suatu istilah yang komprehensif di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan penilaian. Karena pengembangan kurikulum memilki implikasi terhadap adanya perubahan dan perbaikan maka istilah pengembangan kurikulum terkadang juga disamakan dengan istilah perbaikan kurikulum (curricuculum improvement). Meskipun pada banyak kasus sebenarnya perbaikan itu merupakan akibat dari adanya pengembangan (Oliva, 1992:26).
            Dengan demikian, maka bisa kita fahami bahwa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum itu adalah gambaran sistematis mengenai prosedur yang ditempuh dalam melakukan aktivitas pengembangan kurikulum. Yaitu proses perencanaan, pelaksanaan (uji coba), dan penilaian kurikulum. Dimana inti dari aktivitas ini sebenarnya adalah pengambilan keputusan tentang apa, mengapa, dan bagaimana komponen – komponen kurikulum yang akan dibuat.

 2.2 Model – Model Pengembangan Kurikulum
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan. Tiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pendekatannya maupun pengembangannya :
1.      Model Tyler
Model pengembangan kurikulum Tyler mengacu pada empat pertanyaan dasar yang harus dijawab, dimana pertanyaan tersebut merupakan pilar – pilar bangunan kurikulum. Prose pengembangan kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya adalah proses menjawab pertanyaan – pertanyan tersebut, dan jawaban dari pertanyaan – pertanyaan tersebut membentuk hasil berupa kurikulum.
Pertanyaan pertama berkenaan dengan tujuan yang ingin dicapai, “What educational purposes should the school seek to attain?”. Pertanyaan kedua, berkenaan dengan jenis pengalaman belajar apa yang harus disediakan untuk mencapai tujuan. Dalam pengalaman belajar ini di dalamnya sudah tercangkup materi apa yang harus diberikan, “What educational experiences can be provided that are likely to attain these purposes?”. Pertanyaan ketiga, berkenaan dengan organisasi kegiatan atau pengalaman belajar yang dinilai paling efektif untuk mencapai tujuan, “How can these educational experiences be effectively oeganized?”. Pertanyaan keempat atau terakhir, berkenaan dengan upaya mekanisme apa yang digunakan untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai atau belum (evaluasi), “How can we determine wether these purposes are being attained ?”.

1. Menentukan Tujuan
            Penetapan tujuan adalah langkah pertama. Dalam tujuan ini harus menggambarkan arah pendidikan yang akan dituju, jenis kemampuan apa yang harus dimiliki siswa setelah proses pendidikan.
            Rumusan tujuan kurikulum ini sangat tergantung pada teori dan filsafat pendidikan yang dianut oleh pengembangnya, berdasarkan berbagai masukan. Dalam pandanga Tyler ada tiga klasifikasi karakteristik tujuan kurikulum yaitu tujuan kurikulum yang menekankan pada penguasaan konsep dan teori ilmu pengetahuan (dicipline oriented). Tujuan kurikulum yang menekankan pada pengembangan pribadi atau model humanistik (child centered). Tujuan kurikulum yang menekankan pada upaya perbaikan kehidupan masyarakat (society centered).
            Dengan merujuk pada kurikulum diatas, maka sumber-sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan kurikulum, menurut Tyler, yaitu pandangan dan pertimbangan para ahli disiplin ilmu, individu anak (sebagai siswa), dan kehidupan sosial kontemporer. Dalam praktik, pemisahan tegas seperti di atas tidak ada. Ketiga hal tersebut menyatu meskipun mungkin ada salah satu karakter yang lebih dominan.
Macam – macam tujuan kurikulum :
1.      Tujuan kurikulum bersifat " disipline oriented "
Penguasaan berbagai konsep atau teori seperti yang tergambar dalam disiplin ilmu.
2.      Tujuan kurikulum bersifat " child centered "
Kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa. Maka yang menjadi sumber utama adalah siswa, baik yang berhubungan dengan bakat, minat,  serta kebutuhan membekali hidupnya.
3.      Tujuan kurikulum bersifat " society centered "
Ini lebih memosisikan kurikulum sekolah sebagai alat untuk memperbaiki kehidupan masyarakat.

2. Menentukan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar adalah segala atifitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pengalaman belajar bukanlah isi atau materi pelajaran dan bukan pula aktivitas guru memberikan pelajaran. Pengalaman belajar lebih menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran. Untuk itulah yang harus dipertanyakan dalam pengalaman ini adalah " apa yang akan atau telah dilakukan siswa, bukan apa yang akan atau telah diperbuat oleh guru ". untuk itulah guru sebagai pengemban kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnya.
Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa :
1) Pengalaman siswa harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2) Setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.
3) Setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.
4) Satu pengalaman belajar bisa mencapai lebih dari satu tujuan.

3. Mengorganisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar bisa dibuat dalam bentuk mata pelajaran atau berupa program. Sedangkan jenis pengorganisasian pengalaman belajar bisa secara vertikal maupun secara horizontal. Secara vertikal artinya, satu jenis pengalaman belajar di lakukan dalam berbagai tingkat kelas yang berbeda. Dengan maksud untuk mengulang – ulang jenis pengalaman belajar tersebut. Sedangkan pengorganisasian secara horizontal yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu bidang kajian (mata pelajaran) dengan pengalaman belajar bidang kajian yang lain yang masih dalam satu tingkat (kelas)
Tyler mengajukan tiga prinsip untuk mengorganisasi pengalaman belajar agar efektif yaitu kesinambungan (contiuity), urutan isi (sequence), integrasi (integration).
Kesinambungan berarti adanya pengulangan yang terus menerus jenis pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan yang ingin dibentuk pada siswa. Contoh, salah satu tujuan IPS adalah membentuk kemampuan membaca materi IPS merupakan tujuan yang dipandang sangat penting, maka pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan ini harus diulang – ulang dengan cara yang sama. Kesinambungan merupakan faktor penting dalam organisasi secara vertikal.
Urutan isi, diorganisasi sehingga adanya penambahan kedalaman dan keluasan bahan dengan disesuaikan dengan tingkat kemampuan/perkembangan siswa. Juga adanya urutan dari yang mudah menuju yang sulit, dari yang sederhana menuju yang kompleks.
Integrasi, yaitu pokok bahasan dalam satu mata pelajaran satu dikaitkan dengan mata pelajaran lainnya sehingga adanya pemahaman yang terintegrasi (holistik). Misalnya dalam pengalaman belajar dalam bidang matematika bisa dikaitkan dan membantu dalam mata pelajaran ekonomi.
Ada 2 jenis pengorganisasian pengalaman beajar :
1.      Pengorganisasian secara vertikal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam satu kajianyang sama dalam tingkat yang berbeda. Misal : pengorganisasian pengalaman belajar yang menghubungkan antara bidang geografi dikelas lima dan kelas enam.
2.      Pengorganisasian secara horisntal : yaitu menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama.
Menurut Tyler ada beberapa prinsip dalam mengorganisasi pengalaman belajar :
a.       Kontinuitas bersifat vertikal dan horizontal
Bersifat vertikal : bahwa pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk mengembangkan pengalaman belajar selanjutnya.
Bersifat horizontal : bahwa pengalaman yang diberikan kepada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang lain.
b.      Prinsip urutan isi yaitu setiap pengalaman belajar siswa harus memerhatikan tingkat penrkembangan siswa .


4. Evaluasi
            Evaluasi dimaksudkan untuk menegetahui sejauhmana tingkat pencapaian tujuan. Adapun kriteria ketercapaian tujuan ini dengan melihat apakah telah terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian sebaiknya dilakukan menggunakan lebih dari satu cara. Dalam hal ini mengajukan agar dilakukan pre tes dan pos tes.
            Fungsi dari penilaian dimaksudkan untuk melihat tingkat ketercapaian siswa dalam menguasai pelajaran/perubahan tingkah laku (fungsi sumatif), dan untuk melihat sejauh mana efektifitas proses pendidikan untuk mencapai tujuan.
Ada 2 aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi :
1.      Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
2.      Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.
Selanjutnya ada fungsi evaluasi :
1)      Fungsi sumatif : evaluasi digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik.
2)      Fungsi formatif : untuk melihat efektifitas proses pembelajaran, apakah program yang disusun telah dianggap sempurna atau perlu perbaikan.

2.      Model Taba
Model pengembangan inil lebih rinci dan lebih sepurna jika dibandingkan dengan model Tyler. Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler, modifikasi tersebut terutama penekananya pada pemusatan perhatian guru. Teori Taba mempercayai bahwa guru merupakan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikulum. Menurut Taba guru harus aktif penuh dalam pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan memposisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik dalam model pengembangan Taba’s. Dalam pengembangannya lebih bersikap edukatif dan berbeda dengan model tradisional.

 Ada 5 langkah pengembangan kurikulum model Taba:
1. Menghasilkan unit-unit percobaan
     Melalui langkah – langkah :
a.       Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum memulai dengan menetukan kebutuhan – kebutuhan siswa.
b.      Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan – kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.
c.       Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai denagn tujuan. Pemilihan isi bukan hanya didasarkan pada tujuan saja, tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa.
d.      Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksi isi, selanjutnya kurikulum yang telah ditentuan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan.
e.       Memilih pengalaman belajar. Menentukan pengalaman – pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.
f.       Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaimana mengemas pengalaman – pengalaman belajar yang telah ditentukan itu ke dalam paket – paket kegiatan.
g.      Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada tahap ini guru menyeleksi berbagai teknikyang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa.
h.      Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe – tipe belajar siswa.

2. Menguji coba unit eksperimen untuk menentukan validitas dan kelayakan penggunaannya
Unit yang sudah dihasilkan pada langkah pertama harus diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan kepraktisan sehinggadapat menghimpun data bagi penyempurnaa.

3. Merivisi dan mengonsolidasi unit eksperimen
Setelah langkah pengujian, maka langkah selanjutnya adalah melakukan revisi dan konsolidasi. Perbaikan dan penyempurnaan dilakukan berdasarkan pada data yang dihimpun sebelumnya. Selain perbaikan dan penyempurnaan dilakukan pula konsolidasi yaitu penarikan kesimpulan hal – hal yang bersifat umum dan tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan secara bersama – sama dengan koordinator maupun ahli kurikulum. Produk dari langkah ini adalah berupa teaching learning unit yang telah teruji di lapangan.

4. Mengembangkan keseluruhan rangka kurikulum (Developing a Framework)
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku lebih luas, hal itu harus dikaji oleh para ahli kurikulum. Ada beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam langkah ini; 1) apakah lingkup isi telah memadai; 2) apakah isi telah tersusun secara logis; 3) apakah pembelajaran telah memberikan peluang terhadap pengembangan intelektual, keterampilan, dan sikap; 4) dan apakah konsep dasar sudah terakomodasi ?

5. Implementasi dan Desiminasi
Dalam langkah ini dilakukan penerapan dan penyebarluasan program kedaerah dan sekolah – sekolah dan dilakukan pendataan tentang kesulitan serta permasalahan yang dihadapi guru – guru dilapangan. Oleh karena itu perlu diperhatikan tentang persiapan dilapangan yang berkaitan dengan aspek – aspek penerapan kurikulum




3.      Model Oliva
Menurut oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprensif, dan sistematik. Menurut olive model yang dikembangkan ini dapat digunakan dalam beberapa dimensi. Yang pertama untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus misalkan penyempurnaan kurikulum bidang studi tertentu disekolah, baik dalam tataran perencanaan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya. Kedua, model ini juga dapat digunakan untuk membuat keputusan dalam merancang program kurikulum. Ketiga model ini dapat digunakan dalam program pembelajaran secara khusus.
Menurut Oliva suatu model kurikulum harus bersifat simpel, komprehensif dan sistematik .
Dalam mengembangkan kurikulum ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan :
1.      Perumusan filosofis, sasaran, misi, serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan kebutuhan masyarakat.
2.      Kebutuhan masyarakat di mana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dari urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.
3.      Tujuan umum yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
4.      Tujuan khusus yang didasarkan pada komponen 1 dan 2.
5.      Bagaimana mengorganisasi rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.
6.      Menjabarkan kurikulum dalam bentuk tujuan umum.
7.      Menjabrkan kurikulum dalam bentuk tujun khusus.
8.      Menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat mencapai tujuan.
9.      Teknik penilaian.
10.  Pengembangan kurikulum.
11.  Evaluasi pembelajaran.
12.  Evaluasi kurikulum.


4.      Model Beauchamp
Model ini dinamakan system Beauchamp, karena memang diciptakan dan dikembangkan oleh Bauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima langkah dalam proses pengembangan kurikulum :
a.       Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah itu bias terjadi pada hanya satu sekolah, satu kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat nasional.
b.      Menentukan orang – orang yang akan terlibat dalam penyempurnaan kurikulum. Disarankan melibatkan seluas – luasnya para tokoh masyarakat (seperti politikus, industriawan, pengusaha), para ahli kurikulum, para ahli pendidikan, para praktisi (guru)yang berpengalaman, juga profesional lain yang relevan.
c.       Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk tugas tersebut perlu dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang akan dipakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yang akan dikembangkan.
d.      Implementasi kurikulum. Tahap ini, yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan kesiapan guru, siswa, fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan disekolah.
e.        Evaluasi Kurikulum
Langkah ini minimal mencakup empat hal, yaitu: (1) evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru – guru, (2) evaluasi desain kurikulum, (3) evaluasi hasil belajar siswa, (4). Evaluasi keseluruhan sistem kurikulum. Data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi ini digunakan bagi penyempurnaan sistem dan desain kurikulum, serta prinsip – prinsip melaksanakannya.



5. Model Wheeler
Menurut Wheller, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses ynag membentuk lingkaran yang terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.
Wheller berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yakni:
a.       Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupak tujuan yang bersifat normatif, bersifat filosofis atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis. Sementara itu, tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan teruktur.
b.      Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.
c.       Menentukan isi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar yang diinginkan.
d.      Mengelola pengalaman belajar dengan isi pembelajaran.
e.       Melakukan evaluasi setiap langkah.

6.      Model Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum: a Practical Guide (1978), Howard Nicholls menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen kurikulum yang membentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nicholls menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi.

Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu:
  1. Menganalisis situasi.
  2. Menentukan tujuan khusus.
  3. Menentukan dan mengelola isi pelajaran.
  4. Menentukan dan mengelola metode  pembelajaran.
  5. Melakukan evaluasi.

7.      Model Dynamic Skilbeck
Menurut Skilbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model Dynamic,b adalah model pngembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development) Skilbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari mennganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Skilbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah.
Menurut Skilbeck langkah-langakah pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis sesuatu
b. Memformulasikan tujuan
c. Menyususn program
d. Interpretasi dan implementasi
e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi
            Dari model – model pengembangan kurikulum diatas, semua pada dasarnya mencakup langkah – langkah: (a) merumuskan tujuan; (b) merumuskan pengalaman belajar; (c)mengelola pengalaman belajar, dan (d) melakukan evaluasi. Pada praktiknya, pengembangan kurikulum biasanya bersifat efektif, gabungan dari berbagai model.


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Ada beberapa pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan master dalam pengembangan kurikulum dilembaga pendidikan. Model pengembangan kurikulum, yaitu langkah sistematis dalam proses penyusunan kurikulum. Alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan program pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan, berdasarkan pada perkembangan teori dan praktik kurikulum. Dewasa ini telah banyak dikemukakan model – mode pengembangan kurikulum, diantaranya :
1. Model Tyler
2. Model Taba
3. Model Oliva
4. Model Beauchamp
5. Model Wheeler
6. Model Nicholls
7. Model Dynamic Skilbeck













3.2 Saran
            Bagi seorang guru ataupun calon guru mengetahui dan memahami tentang model – model pengembangan kurikulum sanagatlah penting. Dimana dengan mengerti sekaligus memahami tentang model – model pengembangan kurikulum ini seorang guru dapat ikut serta dalam menyempurnakan akan adanya kurikulum tersebut. Seorang guru tidak hanya bertugas untuk mengajar dikelas saja tetapi juga diharapkan mampu memberikan konstribusi yang positif terhadap pendidikan di Indonesia salah satunya dengan memberikan ide dalam pengembangan kurikulum.
            Dengan adanya makalah ini kelompok kami berharap semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dan pada umumnya untuk masyarakat luas. Semoga makalah ini dapat memberikan penambahan ilmu sekaligus pengetahuan bagi kita semua yang memanfaatkan makalah ini. Kami selaku pihak penyusun juga mengharapkan sebuah kritik dan saran yang membanggun untuk makalah ini demi kesempurnaan tugas kami pada waktu yang akan datang.














Daftar Pustaka
-          Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran. 2006. Kurikulum & Pengembangan. Bandung: UPI PRESS.
-          Tim Pengembang MKDP Kurikulum Dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarata : Rajagrafindo Persada.
-          Hidayati Wiji. 2012. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
-          Dakir. 2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Rineka Cipta.
-          Widyastono, Herry. Hasan, Said Hamid Esd. (2014). Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah “ Dari kurikulum 2004, 2006, ke kurikulum 2013.” Jakarta: PT.Bumi Aksara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar